Bagi kaum Pria kiranya akrab dengan kalimat ini, "jika si Pria (masa) mudanya nakal maka kelak anaknya adalah perempuan". Mungkin kalimat itu ada benarnya dimana kerabat-kerabat bahkan Anda sendiri mengalaminya.Â
Dimana dahulu ketika masih muda dan memiliki kepribadian bengal, kemudian beranjak dewasa dan berumahtangga maka ia diberkahi seorang anak perempuan.Â
Gambaran anak perempuan bagi Pria yang bengal saat mudanya sebagai representasi karma atas perbuatan mereka, sehingga Pria belajar bagaimana bertanggungjawab dan tidak ingin orang yang ia sayangi disakiti oleh Pria yang memiliki kepribadian nakal layaknya ia dahulu.
Tetapi mungkin saja kalimat diatas itu juga salah, dimana mereka Pria yang masa mudanya berkepribadian baik ternyata juga mendapatkan anak perempuan.Â
Terkait hal tersebut, keturunan apakah laki-laki atau perempuan sudah menjadi hak preogatif Allah ta'ala dimana dalam dunia kedokteran dijelaskan bahwa ada cakupan persentase kemungkinan jenis kelamin bayi yang muncul dilandasi kapan hubungan intim dilakukan apakah sebelum atau sesudah masa haid Istri.
Keterkaitan hubungan dekat antara keterikatan Ayah dan anak perempuan memang menarik disimak dimana kerapkali dipresentasikan semisal pada film beraneka genre di layar lebar, seperti Taken, Despicable Me, War of The World, dan sebagainya.
Hal ini mirip sekali layaknya keterikatan anak laki-laki dengan Ibunya. Namun sedikit yang membedakan diantara keterikatan keduanya ialah bilamana bayi dalam kandungan (9 bulan) bisa jadi alasan dasar mengapa anak cenderung lebih dekat kepada Ibunya.Â
Maka yang jadi pertanyaan ialah bagaimana keterikatan Ayah dan anak perempuan dapat terjalin dan apa penyebabnya?
Jika kita perhatikan seksama, sebenarnya ada beberapa alasan mengapa hubungan keterikatan antara Ayah dan anak perempuannya dapat terbentuk. Diantaranya :
1. Sosok Ibu yang sibuk
Tentu dalam keluarga sejatinya ada fungsi dan tugas dari Ayah dan Ibu dimana umumnya Ayah ialah kepala Keluarga dan bertindak mencari nafkah, sedangkan Ibu ialah kepala rumahtangga yang berfungsi memanage hampir kesemua aspek dalam rumahtangga.
Perbedaan fungsi dan tugas ini membuat Ayah jauh lebih banyak waktu luang ketimbang Ibu, dengan begitu hubungan Ayah dan anak perempuannya dapat dengan mudah terjalin.Â
Karakter anak baik laki-laki dan perempuan dalam merespon kepribadian dari Ayah dan Ibunya pun memiliki perspektif berbeda. Semisal karakter anak perempuan yang memandang Ayahnya adalah sosok protektif dan kerap lebih paham dengan apa yang permasalahan wanita hadapi (dalam cakupan menghadapi lawan jenisnya). Ayah bisa jadi tempat mencurahkan hatinya ketika ia menghadapi masalah maupun problematika percintaan.
2. Karakter Ayah yang kalem dan bijakasana
Dibandingkan sosok Ibu yang identik cerewet dan banyak aturan, sosok Ayah bagi anak dinilai jauh lebih tenang. Berbeda dengan anak laki-laki yang melihat hal tersebut sebagai rasa cinta dan perhatian Ibu kepadanya, anak perempuan melihat hal tersebut justru sebagai bentuk kekangan kepada dirinya yang berpotensi polemik.
Alhasil anak perempuan lebih memilih sosok Ayahnya karena dipandang memberikan keleluasaan lebih. Sosok Ayah dinilai lebih bijaksana ketimbang sosok Ibu karena Ayah membentuk aturan yang berlaku sesuai koridornya, sedangkan Ibu lebih mengedepankan "My Rules".
Sebagai contoh, ketika anak perempuan memiliki pacar dan mengajaknya jalan-jalan. Maka Ayah membuat kesepakatan agar si anak perempuan pulang tepat pada waktu yang ditentukan. Sedangkan bilamana berhadapan dengan sosok Ibu, mungkin yang terjadi ialah durasi jalan-jalan lebih sedikit bahkan dilarang sama sekali.
3. Kodrat
Alasan yang ketiga ini memang tidak bisa ditampik kedekatan antara Ayah dan anak perempuan maupun Ibu dan anak laki-lakinya merupakan bagian dari kodrat manusia atau hukum alamnya demikian.
Kenapa Ayah dekat dengan anak perempuan kembali kepada bagaimana interaksi dapat terjalin diantara lawan jenisnya. Dengan anak perempuan dekat dengan Ayahnya maka ia bukan saja belajar akan karakter kaum Pria, tetapi juga jadi unsur penilaian kelak akan seperti apa calon (Suami) pendamping hidupnya dan sosok Ayah bagi anak-anaknya nanti. Sedemikian pula hal itu juga terjadi kepada keterikatan Ibu dan anak laki-lakinya.
Pada hakikatnya keterikatan dalam cakupan keluarga baik Ayah, Ibu, dan anak apakah itu laki-laki maupun perempuan bahwa kesemuanya dapat terjalin. Poin dasar yang terpenting ialah bagaimana dan seberapa intens interaksi antar individu dan individu didalamnya serta bagaimana pribadi menterjemahkannya.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H