Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ini Loh Duduk Perkara Sertifikasi Penceramah

9 September 2020   15:14 Diperbarui: 9 September 2020   15:15 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Agama Fachrul Razi (Kompas)

Sebelumnya Menteri Agama Fachrul Razi mencanangkan program sertifikasi penceramah pada akhir tahun 2019 lalu. Ia mengeluhkan banyaknya penceramah yang membodohi umat lewat ceramah. Program sertifikasi bagi penceramah ini kemudian menuai polemik di masyarakat.

Beberapa tokoh publik pun turut bersuara mengenai program sertifikasi ini, seperti Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas yang menyatakan siap mundur dari jabatannya jika MUI terlibat dalam program sertifikasi penceramah Kemenag.

Kemudian Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad yang juga menolak program tersebut. Ia mengungkapkan dai yang berasal dari ormas maupun swasta tak perlu mengikuti program sertifikasi penceramah. Menurutnya sertifikasi penceramah hanya cocok diterapkan bagi penceramah formal yang digaji oleh negara.

Lalu ada Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif yang menilai Kemenag kurang kerjaan membuat program tersebut. Slamet mengatakan bahwa sertifikasi penceramah lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaat bagi penceramah dan umat Islam. Ia pun menyatakan kalau sejumlah ustaz yang bergabung dalam PA 212 tidak akan mengikuti program tersebut.

Mengacu kepada polemik yang terjadi, khususnya Penulis sebagai umat justru hanya bisa tersenyum miris. Karena dibenak Penulis, apa yang diributkan oleh para tokoh sebenarnya  tidak menyentuh inti permasalahan dari polemik ini.

Kalau boleh jujur-jujuran nih, apa yang dikeluhkan oleh Menteri Agama Fachrul Razi ada betulnya. Kalau ada penceramah yang membodohi umat lewat ceramahnya toh memang ada, walau tak banyak namun Penulis sebagai umat pernah menemukannya.

Apa yang dimaksudkan penceramah yang membodohi umat lewat ceramahnya? Begini, pada kenyataannya ada penceramah yang menggunakan mimbar bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat akan pola pikirnya.

Pola pikir yang macam bagaimana? Ketimbang mengisi khotbah dengan materi agar pribadi memperdalam ilmu agama, meningkatkan kualitas ibadah, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah ta'ala, para penceramah ini justru seperti curhat atau mengeluarkan unek-uneknya terhadap suatu isu dimana hal tersebut dikait-kaitkan kepada ajaran agama guna menjadi suatu pembenaran.

Sebagai contoh kecil, Anda ingat panasnya Pemilihan Presiden 2019? Bisa dikatakan Penulis hampir dibuat mabuk karena khotbah yang pernah Penulis hadiri diisi oleh materi yang menghendaki agar umat memilih calon tertentu dan menjelek-jelekkan calon lain. Lucunya Penulis ini Golput dan Allah berkata lain dimana segala kisruh panjang Pilpres 2019 berakhir dengan kubu Jokowi dan Prabowo duduk dalam satu perahu. Ironis bukan.

Pada intinya apa? Bahwanya ada penceramah dimana isi materi ceramahnya tidak relevan dikemukakan ke publik, ya itu memang benar. Tetapi apakah guna menyaringnya maka perlu diadakannya program sertifikasi penceramah, nah itu perlu dikaji secara mendalam lagi.

Kenapa Penulis katakan demikian? Karena terkait polemik sertifikasi penceramah umum apa yang dipermasalahkan lebih menjurus kepada kepentingan politik.

Kok kepentingan politik? Ya dinalar saja, kenapa sampai ada dua kubu yang menghendaki penceramah bersertifikat dan ada yang menolak.

Perlu Anda ketahui bahwa mimbar atau tempat dimana penceramah menyampaikan khotbahnya memiliki nilai plus yaitu tempat dimana umat berkumpul tanpa disuruh. Betul tidak?

Sebagai gambaran, umat Islam ketika ingin menjalankan Shalat Jum'at maka kami para Pria datang ke Masjid. Dan mendengarkan ceramah memiliki kedudukan tinggi karena merupakan bagian dari kesempurnaan Shalat Jum'at.

Nah disinilah kejelekan dari manusia. Lepas apakah ceramah itu digubris atau tidak, oleh sebagian kalangan fungsi mimbar dijadikan atau dimanfaatkan sebagai tempat yang tidak semustinya seperti Penulis contohkan diatas.

Jadi pada hakikatnya kisruh sertifikasi penceramah ini ialah lebih kepada permasalahan duniawi dimana ada pihak yang tidak ingin mimbar dialihfungsikan untuk mempengaruhi publik, di sisi lain ada pihak yang menginginkan mimbar agar terus dapat mempengaruhi publik.

Kalau alasan sertifikasi penceramah untuk mengantisipasi paham ekstrimisme? Boleh jadi betul, pada ada kenyataannya dunia belum bebas dari terorisme. 

Akan tetapi bagaimana dengan pendapat lain dimana tidak terima karena menilai mimbar apabila diawasi maka sama dengan pemerintah curiga. Loh ketika pemerintah mengawasi apa iya mereka cerita, eh kamu tuh sedang diawasi. Toh lagian menjaga keamanan dan melindungi tumpah darah dan seluruh warga Indonesia adalah bagian dari tugas pemerintah. Gitu saja repot.

Kenapa sertifikasi penceramah jadi polemik? Ya karena ada kekhawatiran dari sebagian pihak dimana ruang untuk memuluskan tujuan mereka jadi terhalang. Nalar saja, kalau seandainya pemerintah jadi lakukan sertifikasi penceramah maka kenapa enggak lakukan saja. Apa susahnya sih? Kalau Anda benar, kenapa takut?

Kalau andai sertifikasi penceramah tidak diadakan pun sebenarnya tidak apa-apa. Pemerintah pun kiranya tak perlu khawatir, cukup awasi saja kiranya apa memungkinkan ancaman bagi keamanan negara dan warganya. Prihal ceramah yang diluar konteks ilmu agama maka kembali seluruhnya balik kepada pribadi umat apakah mereka mampu mencerna mana yang baik dan mana yang buruk.

Lepas dari tetek bengek sertifikasi penceramah ini, Penulis imbau tolong segera akhiri. Kiranya malulah kalian kepada Allah ta'ala. Tolong jangan campur adukkan urusan agama dengan kepentingan terselubung Anda-anda.

Sebagai umat, Penulis pernah belajar bahwa "pemimpin yang dzalim lahir dari rakyatnya yang lalim". Catat baik-baik, jika kalian mengusik mimbar itu maka niscaya negeri ini akan diliputi terus oleh bencana. 

Fungsi mimbar itu yaitu menjadikan pribadi umat yang baik agar kelak menjadi pemimpin amanah. Enggak ada istilah tiba-tiba atau dadakan kayak tahu goreng muncul pemimpin amanah, paling-paling manusia mengaku-ngaku amanah. Kembali pada hakikatnya bahwa semua kehendak Allah ta'ala dan dalam hidup selalu ada hikmahnya. Dan kepada masyarakat serta umat, selalu ingatlah carilah Guru yang baik. Guru yang baik adalah Guru bukan sekadar berilmu, Guru yang bukan sekadar jabatan dan gelar mentereng, Guru yang bukan sekadar tampang dan pakaian, tetapi Guru yang memiliki ahlak yang baik dan menjalankan sesuatunya sesuai perintahNya.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

___

Sumber berita : CNN Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun