Kok kepentingan politik? Ya dinalar saja, kenapa sampai ada dua kubu yang menghendaki penceramah bersertifikat dan ada yang menolak.
Perlu Anda ketahui bahwa mimbar atau tempat dimana penceramah menyampaikan khotbahnya memiliki nilai plus yaitu tempat dimana umat berkumpul tanpa disuruh. Betul tidak?
Sebagai gambaran, umat Islam ketika ingin menjalankan Shalat Jum'at maka kami para Pria datang ke Masjid. Dan mendengarkan ceramah memiliki kedudukan tinggi karena merupakan bagian dari kesempurnaan Shalat Jum'at.
Nah disinilah kejelekan dari manusia. Lepas apakah ceramah itu digubris atau tidak, oleh sebagian kalangan fungsi mimbar dijadikan atau dimanfaatkan sebagai tempat yang tidak semustinya seperti Penulis contohkan diatas.
Jadi pada hakikatnya kisruh sertifikasi penceramah ini ialah lebih kepada permasalahan duniawi dimana ada pihak yang tidak ingin mimbar dialihfungsikan untuk mempengaruhi publik, di sisi lain ada pihak yang menginginkan mimbar agar terus dapat mempengaruhi publik.
Kalau alasan sertifikasi penceramah untuk mengantisipasi paham ekstrimisme? Boleh jadi betul, pada ada kenyataannya dunia belum bebas dari terorisme.Â
Akan tetapi bagaimana dengan pendapat lain dimana tidak terima karena menilai mimbar apabila diawasi maka sama dengan pemerintah curiga. Loh ketika pemerintah mengawasi apa iya mereka cerita, eh kamu tuh sedang diawasi. Toh lagian menjaga keamanan dan melindungi tumpah darah dan seluruh warga Indonesia adalah bagian dari tugas pemerintah. Gitu saja repot.
Kenapa sertifikasi penceramah jadi polemik? Ya karena ada kekhawatiran dari sebagian pihak dimana ruang untuk memuluskan tujuan mereka jadi terhalang. Nalar saja, kalau seandainya pemerintah jadi lakukan sertifikasi penceramah maka kenapa enggak lakukan saja. Apa susahnya sih? Kalau Anda benar, kenapa takut?
Kalau andai sertifikasi penceramah tidak diadakan pun sebenarnya tidak apa-apa. Pemerintah pun kiranya tak perlu khawatir, cukup awasi saja kiranya apa memungkinkan ancaman bagi keamanan negara dan warganya. Prihal ceramah yang diluar konteks ilmu agama maka kembali seluruhnya balik kepada pribadi umat apakah mereka mampu mencerna mana yang baik dan mana yang buruk.
Lepas dari tetek bengek sertifikasi penceramah ini, Penulis imbau tolong segera akhiri. Kiranya malulah kalian kepada Allah ta'ala. Tolong jangan campur adukkan urusan agama dengan kepentingan terselubung Anda-anda.
Sebagai umat, Penulis pernah belajar bahwa "pemimpin yang dzalim lahir dari rakyatnya yang lalim". Catat baik-baik, jika kalian mengusik mimbar itu maka niscaya negeri ini akan diliputi terus oleh bencana.Â