Polsek Ciracas, Jakarta Timur. Berdasarkan kronologi kejadian, kelompok orang yang tidak diketahui tersebut melakukan pengerusakan dan pembakaran yang menyebabkan kerugian bagi pihak Polsek maupun warga. Terdapat pula bentuk penganiayaan terhadap dua anggota Polisi yang tengah berpatroli akibat penyerangan ini.
Sepekan ini publik dikejutkan oleh kejadian penyerangan oleh sekelompok orang terhadapUsut punya usut, diketahui penyebab penyerangan ialah dikarenakan kabar bohong (hoax) yang disebarkan oleh seorang oknum prajurit berinisial MI yang memprovokasi rekan seangkatannya dimana menyebut kecelakaan tunggal yang dialaminya disebabkan oleh tindakan pengeroyokan. Hal itu menyulut emosi rekan-rekannya yang kemudian melakukan perusakan jalan hingga ke daerah Polsek Ciracas.
Tentu kabar diatas sangatlah memprihatinkan. Hanya disebabkan sebuah kabar bohong, tanpa kejelasan dan klarifikasi terlebih dahulu membuat segelintir orang bertindak membabi buta dan merugikan mereka yang tidak bersalah.
Terlebih satuan yang memiliki fungsi melindungi negara ini, jelas tindakan merugikan tersebut sungguh sangat memalukan dan merusak citra institusi yang dinaunginya.
Lepas dari provokasi oknum yang menyebabkan kejadian pembakaran Polres Ciracas, yang jadi pertanyaan ialah mengapa dua institusi ini kerap kali bersinggungan?
Jika ditelisik bahwasanya ada masalah fundamental diantara dua institusi ini yaitu kedua institusi TNI dan Polri dapat dimanfaatkan untuk "kepentingan" segelintir pihak.
Kenapa mereka sampai bisa dimanfaatkan? Karena baik TNI maupun Polri memiliki "privilige sama rata" sebagai institusi yang berfungsi menjaga keamanan internal maupun eksternal negara Indonesia.
Apa betul demikian? Jangan-jangan Penulis hanya asal ngomong.
Tidak usah jauh-jauh, coba kita berkaca pada kasus Djoko Tjandra yang sampai detik ini masih dalam proses penyidikan. Kita lihat seksama bagaimana realitanya dimana jelas-jelas ada keterlibatan oknum perangkat yang membantu segala kebutuhan dari Djoko Tjandra.
Jika gambaran dari kasus Djoko Tjandra bisa terjadi, maka tidak mustahil apabila institusi TNI bisa dimanfaatkan pula oleh pihak-pihak yang membutuhkan jasa mereka, semisal guna memudahkan permasalahan perijinan, mengamankan aset perusahaan, dan lain sebagainya.
Konflik kepentingan dari masing-masing pihak yang memanfaatkan kedua institusi dapat menimbulkan konflik diantaranya bahkan memungkinkan konflik internal dalam institusi baik dari tingkatan atas (para petinggi) hingga bawah (unit satuan).
Lalu langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencegah agar tidak lagi terjadi gejolak antara  TNI dan Polri? Apakah cukup hanya dengan cara para petinggi institusi bertemu, bercengkrama, bersalaman, dan seolah gejolak tidak akan terjadi kembali? Tentu tidak cukup.
Terkait privilege baik TNI dan Polri dapatkan memang tidak bisa diganggu gugat karena sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Apa yang diperlukan agar dapat meminimalisir konflik diantaranya adalah harus ada komando yang selalu mengawasi dan memastikan hubungan dari dua institusi ini berjalan dengan baik dari tingkat atas hingga bawah, kemudian harus ada sanksi tegas tanpa pandang bulu bagi unit satuan yang melanggarnya.
Apa benar harus seperti itu? Coba kita telaah bagaimana zaman orde baru dulu, apa pernah terdengar konflik antara TNI dan Polri. Oke-lah bilamana mungkin itu dikarenakan pemimpin condong ke salah satu institusi dan menyebabkan institusi lain seolah dianaktirikan, akan tetapi kita bisa lihat bagaimana stabilitas dapat terjaga.
Dengan kondisi yang bisa dikata lebih baik seperti sekarang dimana tidak ada institusi yang di anak emaskan maka baik TNI dan Polri seharusnya dapat membaur dan bersinergi satu dengan yang lain, mengabdi demi negara tak terpatok pada angkatan, bersatu demi kepentingan bangsa dan negara serta melindungi dan mengayomi masyarakat.
Tidak ada kompromi bahwa konflik TNI dan Polri perlu diredam dan dicari di mana akar permasalahannya. Jangan sampai ancaman negeri ini bukan malah sejatinya dari luar, justru lebih disebabkan pondasi dalam negeri yang ternyata saling benci dan mendendam yang telah lama terpendam.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI