Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Djoko Tjandra Tertangkap, Perlukah Dirayakan?

3 Agustus 2020   17:48 Diperbarui: 3 Agustus 2020   17:49 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda bahwa masa pandemi Covid-19 benar-benar membawa berkah buat Indonesia. Anda tidak Percaya?

Loh bagaimana bisa tidak dikatakan membawa berkah, Anda bisa bayangkan dalam waktu satu bulan lamanya Indonesia mampu menangkap dua buronan yang paling dicari oleh aparat berwajib.

Yang pertama, buron pembobolan BNI Maria Pauline Lumowa yang diekstradisi dari Serbia  pada pertengahan bulan Juli 2020. Kemudian yang kedua, tentu yang sedang lagi hangat-hangatnya yaitu buron skandal Bank Bali Djoko Tjandra yang diekstradisi dari Malaysia.

Bilamana tertangkapnya MPL seolah sunyi senyap, maka berbeda halnya dengan tertangkapnya Djoko Tjandra yang marak dan menyita perhatian banyak orang.

Ya tentu semua orang tahu bagaimana saktinya Djoko Tjandra. Selama 11 tahun buron, secara tiba-tiba keberadaannya terendus. Selain bisa membuat eKTP atas dirinya, bak layaknya seorang magician Djoko Tjandra seolah tak tersentuh bebas masuk dan keluar dari Indonesia. Sampai kabar tereksposnya Djoko Tjandra ini terungkap bahwa ada oknum terkait yang telah membantunya. Kini Djoko Tjandra sudah mendekam di penjara menjalani masa hukumannya.

Lantas dengan tertangkapnya Djoko Tjandra, pertanyaannya adalah apakah perlu dirayakan?

Hingar bingar akan ditangkapnya Djoko Tjandra ini memang nampak terlihat jelas. Terlepas dari apresiasi atas kinerja aparat penegak hukum dalam upaya mengakhiri pelariannya, prihal Djoko Tjandra ini sebenarnya masih jauh dari ending kisahnya.

Yang utama tentu prihal memproses siapa-siapa saja oknum terkait yang membantu Djoko Tjandra masuk dan keluar Indonesia. Publik pastinya akan bertanya-tanya akan seperti apa proses hukum mereka, apakah mereka akan dikenakan sanksi hukum yang setimpal atas upaya membantu seorang buron atau nantinya proses hukum ini hanya akan jadi sebuah drama untuk mencari kambing hitam yang layak dijadikan tumbal.

Kemudian bagaimana dengan nasib Djoko Tjandra ini. Ya tentu saja publik akan mereka-reka dalam 11 tahun pelariannya selama ini, apa yang menjadi motivasi untuk ia balik ke Indonesia.

Apa yang terjadi sebenarnya. Bagaimana seorang buron yang 11 tahun lamanya hilang bak ditelan bumi tiba-tiba muncul dan seolah-olah begitu mudahnya ditangkap. Apa mungkin Djoko Tjandra bukan hilang selama ini, melainkan sengaja dihilangkan.

Lalu hal yang menjadi perhatian Penulis mengenai tertangkapnya Djoko Tjandra ialah tabir gelap para buron kasus-kasus besar yang melarikan diri keluar negeri.

Logis saja kalau sekelas Djoko Tjandra memiliki akses kartu ajaib keluar masuk Indonesia sekehendaknya, apa mungkin para buronan kasus kakap yang lain memilikinya.

Ini akan jadi pertanyaan yang musti dijawab nantinya, apakah pelarian para buronan tersebut merupakan sebuah skema yang telah direncanakan. 

Bagaimana tidak ketika status terperiksa menjadi seorang tersangka dan kemudian dicekal untuk ke luar negeri, mereka sudah ancang-ancang seolah tahu lebih dahulu mencari tempat perlindungan. Apa mungkin, ada pula keterlibatan oknum-oknum terkait sehingga para buronan tersebut bak seorang cenayang?

Secara kesimpulan, tertangkapnya Djoko Tjandra ini bukan sebuah kemenangan yang perlu dirayakan. Justru kita selayaknya harus bersedih. Dibalik gaung tertangkapnya Djoko Tjandra sebagai upaya penegakan hukum dan membuktikan hukum di Indonesia bisa diandalkan, nyatanya masih begitu besar celah-celah hukum di Indonesia yang perlu ditambal disana sini. Semoga saja kedepannya ada perbaikan signifikan.

Akan tetapi mau bagaimana lagi, beginilah pahitnya realita hidup. Para buronan berdasi bisa tertawa menghindari pengadilan dunia. Kita boleh kecewa, kita boleh pesimistis, tetapi ingat sayangnya kelak mereka semua itu akan diadili seadil-adilnya oleh Allah ta'ala. 

Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun