Sebagai seorang Muslim, Penulis acapkali menjadikan Masjid sebagai media rujukan akan ilmu-ilmu berajuk Islami. Selain berisikan individu-individu yang sejatinya memiliki ilmu, keimanan, serta tingkatan ibadah yang lebih baik, kemudian faktor lokasi Masjid yang dekat dari rumah membuat Penulis tak ragu untuk bertanya kepada imam Masjid untuk lebih memperdalam ilmu.
Masjid sebagai rumah Allah ta'ala, sejatinya pintunya terbuka untuk siapa saja. Masjid kami kerapkali mengundang narasumber dari luar untuk mengisi mimbar untuk memberikan materi-materi agama Islam.
Namun terkadang Penulis menemukan dari narasumber- narasumber yang diundang ke Masjid tidak sesuai ekspektasi. Materi-materi yang dibawakan tidak murni seratus persen ilmu untuk bagaimana sebagai seorang Muslim dapat mempertebal keimanan agar dapat lebih dekat kepada Allah ta'ala, justru lebih kepada opini bertajuk emosi yang bersinggungan hal yang tidak relevan dikemukakan.
Sebagai gambaran, suatu ketika narasumber mengutarakan pandangannya prihal pandemi Covid-19 yang terjadi. Lucunya, menurut narasumber pandemi Covid-19 ini adalah suatu bentuk hukuman kepada negara Cina.
Ia menerangkan bahwa Cina kini menjadi negara digdaya dengan ekonomi kuat di seluruh dunia ini. Oleh karena itu, Allah ta'ala menimpakan musibah pandemi Covid-19 kepada mereka.
Jujur saja Penulis saat mendengar hal itu dahi pun mengerenyit seolah tidak percaya. Dalam benak Penulis tersirat pertanyaan bagaimana seorang yang dalam kapasitasnya lebih paham akan ilmu agama justru melontarkan hal yang tidak masuk di akal.
Secara nalar, oke-lah kiranya semua orang akan sependapat kalau pandemi Covid-19 ini adalah bentuk musibah. Tetapi pertanyaannya, apakah musibah ini hanya ditujukan pada golongan tertentu?
Jujur saja, apakah hanya negara Cina yang tertimpa musibah pandemi? Indonesia, Amerika, Rusia, Italy, Spanyol, Jepang, India, Arab Saudi, Pakistan, Israel, secara garis besar hampir seluruh negara di muka bumi ini menghadapi pandemi Covid-19.
Jika Penulis ingin lebih mengedepankan ego. Bukankah sebagai umat Islam kita lebih menderita karena pandemi Covid-19 ini?
Silaturahmi terganggu, dalam ibadah shalat berjamaah tidak bisa merapatkan barisan, sebagian besar umat Islam tidak bisa menunaikan ibadah Haji, dan dampak lainnya dari pandemi. Betapa pahitnya pandemi ini, bukan? Mau mendekatkan diri kepada Allah ta'ala saja kini bertambah susah.
Kiranya pandemi Covid-19 ini tidak terpatok pada apakah negara itu menganut sistem Kapitalis, Demokrasi, maupun Komunis. Lebih-lebih apakah pandemi ini hanya tertuju kepada Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan.