Terkait Gibran maju Pilwakot Solo 2020 ini menurut Penulis memang tidak lepas dari pertanyaan besar akan kemampuan serta latar belakang motivasinya. Apakah murni kemauan Gibran ataukah arogansi dari Presiden Jokowi bahkan bisikan orang-orang disekeliling yang menginginkan Gibran maju pada Pilkada.
Kiranya sama kasusnya ketika Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang merupakan putra sulung mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut serta dalam perhelatan Pilgub DKI Jakarta 2017 dimana tak sedikit orang mempertanyakan hal serupa.
Ya bisa dibilang inilah yang akan menjadi tantangan bagi siapapun pihak yang memiliki hubungan kerabat dengan penguasa. Apakah ia mampu membuktikan dirinya itu murni kemampuannya ataukah lebih kepada pengaruh orang kuat dibelakangnya.
Maju dalam kontestasi politik pun bukan berarti tanpa konsekuensi loh. Anda terpilih maka bersiap-siaplah dengan rongrongan rakyat yang Anda pimpin dan segala tetek bengek kepentingan didalamnya. Anda tidak terpilih maka siap-siaplah karier politik Anda meredup dan kelak Anda hanya akan jadi penonton saja.
Bagi Penulis pribadi prihal Gibran maju dalam Pilwakot Solo 2020 lebih berupaya mengambil sisi positifnya saja bahwa Gibran tak hanya mewakili generasi muda saja (bayangkan 32 tahun) tetapi mendeskripsikan bahwa dunia politik tidak selalu berpatok bagi mereka yang sudah berumur. Ya semoga saja amanah.
Apakah Gibran mendefinisikan dinasti politik Jokowi akan terealisasi? Belum tentu, kan belum terpilih. Gitu saja kok repot.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.