Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Polemik McDonald's Sarinah Tutup, Janganlah Lebay

11 Mei 2020   15:20 Diperbarui: 11 Mei 2020   15:36 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi seremoni penutupan McDonald's Sarinah (Kompascom)

Sebagaimana dikutip dari laman Kompas.com. Sejumlah warga Ibu Kota meramaikan area luar McDonald's Sarinah untuk menyaksikan penutupan gerai ayam goreng cepat saji ini secara permanen, pada Minggu (10/5/2020) pukul 22.00 WIB.

Hal tersebut terlihat dalam akun Instagram @Mcdonaldsid yang menyiarkan langsung detik-detik penutupan gerai McDonald's yang berlokasi di pusat perbelanjaan Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat. -

Untuk sebagian kalangan gerai McDonald's Sarinah memiliki kenangan yang berarti. Bertempat di gedung syarat sejarah dimana dibangun pada tahun 1962 dan empat tahun berselang diresmikan oleh Presiden Soekarno. Wajar saja karena gedung Sarinah merupakan pusat perbelanjaan sekaligus pencakar langit pertama di Indonesia. Kemudian Lokasinya yang strategis di tengah pusat keramaian dan hunian membuat Sarinah tak jarang dijadikan tempat berkumpul melepas kejenuhan peliknya Ibukota.

Namun momentum bersejarah maupun kenangan sebagian orang tersebut terhadap McDonald's Sarinah nampaknya tak terlalu berarti bagi segelintir warganet yang justru menilai seremoni penutupan McDonald's tidak selayaknya dilakukan di masa pandemi Corona seperti sekarang ini.

Mayoritas warganet menanggapi prilaku orang-orang yang berkumpul pada saat seremoni penutupan McDonald's Sarinah merupakan tindakan yang bodoh dikarenakan menyalahi aturan prihal Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang masih berlaku di Jakarta.

Tak jarang pula warganet yang menjuruskan protes kepada pihak manajemen McDonald's Sarinah yang lalai dan seolah tidak bertanggungjawab terhadap keselamatan warga akan ancaman virus Corona.

Dari informasi didapat seremoni penutupan McDonald's Sarinah yang mengundang kerumununan orang itupun langsung dibubarkan oleh Satpol PP DKI Jakarta disebabkan melanggar aturan PSBB.

Namun Satpol PP DKI Jakarta hanya memberikan sanksi teguran keras kepada manajemen McDonald's di Sarinah terkait seremoni tersebut merujuk operasional waralaba restoran cepat saji yang memang berhenti sepenuhnya.

Pihak Satpol PP menjelaskan pihak manajemen McDonald's Sarinah memang mengadakan seremoni penutupan pada hari terakhir mereka beroperasi dan pada awalnya acara seremoni itu hanya dihadiri oleh pihak manajemen McDonalds. Namun ketika acara berlangsung dimana lokasi yang berpapasan langsung dengan hilir mudik warga, mengundang perhatian sehingga menciptakan kerumunan.

Menarik disimak prihal polemik warganet terhadap seremoni penutupan gerai makanan cepat saji McDonald's Sarinah ini. Jujur saja, bagi Penulis pribadi menyoal penutupan gerai McDonald's Sarinah ini sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan maupun menanggapinya dengan cibiran.

Benar bahwa kerumunan orang tersebut memang salah dan melanggar aturan PSBB di Jakarta. Namun merujuk kepada hal tersebut maka pertanyaannya apakah Anda-anda melihat keadaan sekitar di Jakarta saat ini?

Sebagai gambaran. Di sekitaran tempat Penulis tinggal, terdapat tiga pasar tradisional dan satu lokasi rujukan kuliner yang setiap kali menjelang sore hingga malam hari penuh dengan kerumunan orang dimana tidak pengaruh apakah itu hari biasa, bulan Ramadhan, tak terkecuali saat pandemi Corona sekalipun. Bahkan di satu lokasi tersebut kerumunan orang itu hanya berjarak sejengkal dari kantor Kecamatan. 

Apakah kerumunan orang tersebut ditindak karena melanggar aturan PSBB di Jakarta? Tidak sama sekalipun.

Mungkin Anda akan geleng-geleng kepala menanggapi fakta yang Penulis hampir lihat setiap harinya. Tetapi pada garis besarnya terlepas dari warganya yang memang susah diatur ataupun faktor udang dibalik bakwan, teguran ataupun pembubaran kerumunan tidak perlu dilakukan dikarenakan lokasi tersebut hanya ramai temporary (sementara) dan menjadi lokasi dimana perekonomian berjalan tatkala warga dapat mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada hakikatnya memang sulit untuk kita semua menerima situasi kondisi prihal pandemi Corona yang terjadi di Indonesia ini. Faktor-faktor dibelakang macam seperti unsur budaya masyarakat kita yang memang sejatinya bersilaturahmi dengan warga yang lain, sikap acuh dan tidak peduli pribadi terhadap aturan maupun orang lain, ketegasan aparat dan khususnya pemerintah daerah, maupun faktor x lainnya, menjadikan pandemi Corona di Indonesia ini nampaknya tidak akan selesai dengan segera.

Menurut pandangan Penulis, Anda boleh marah. Akan tetapi saran Penulis, berhentilah menyalahkan karena faktanya memang kesadaran masyarakat +62 ini memang kurang. Berhentilah menggerutu karena hal itu tidak akan mengubah apapun. Bagi Anda-anda yang memiliki kesadaran tinggi terhadap pandemi Corona ini, maka fokuslah kepada keselamatan dan kesehatan diri berikut keluarga Anda. Lepas apa yang terjadi di luar sana, bilamana tidak ada yang Anda bisa perbuat banyak maka cukup terimalah apa adanya. Karena manusia memiliki hak masing-masing dalam menentukan seperti apa hidupnya dan seperti bagaimana nanti takdirnya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun