Sebagai gambaran. Di sekitaran tempat Penulis tinggal, terdapat tiga pasar tradisional dan satu lokasi rujukan kuliner yang setiap kali menjelang sore hingga malam hari penuh dengan kerumunan orang dimana tidak pengaruh apakah itu hari biasa, bulan Ramadhan, tak terkecuali saat pandemi Corona sekalipun. Bahkan di satu lokasi tersebut kerumunan orang itu hanya berjarak sejengkal dari kantor Kecamatan.Â
Apakah kerumunan orang tersebut ditindak karena melanggar aturan PSBB di Jakarta? Tidak sama sekalipun.
Mungkin Anda akan geleng-geleng kepala menanggapi fakta yang Penulis hampir lihat setiap harinya. Tetapi pada garis besarnya terlepas dari warganya yang memang susah diatur ataupun faktor udang dibalik bakwan, teguran ataupun pembubaran kerumunan tidak perlu dilakukan dikarenakan lokasi tersebut hanya ramai temporary (sementara) dan menjadi lokasi dimana perekonomian berjalan tatkala warga dapat mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada hakikatnya memang sulit untuk kita semua menerima situasi kondisi prihal pandemi Corona yang terjadi di Indonesia ini. Faktor-faktor dibelakang macam seperti unsur budaya masyarakat kita yang memang sejatinya bersilaturahmi dengan warga yang lain, sikap acuh dan tidak peduli pribadi terhadap aturan maupun orang lain, ketegasan aparat dan khususnya pemerintah daerah, maupun faktor x lainnya, menjadikan pandemi Corona di Indonesia ini nampaknya tidak akan selesai dengan segera.
Menurut pandangan Penulis, Anda boleh marah. Akan tetapi saran Penulis, berhentilah menyalahkan karena faktanya memang kesadaran masyarakat +62 ini memang kurang. Berhentilah menggerutu karena hal itu tidak akan mengubah apapun. Bagi Anda-anda yang memiliki kesadaran tinggi terhadap pandemi Corona ini, maka fokuslah kepada keselamatan dan kesehatan diri berikut keluarga Anda. Lepas apa yang terjadi di luar sana, bilamana tidak ada yang Anda bisa perbuat banyak maka cukup terimalah apa adanya. Karena manusia memiliki hak masing-masing dalam menentukan seperti apa hidupnya dan seperti bagaimana nanti takdirnya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H