Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Fenomena Seli, Melawan Sunnatullah

10 Mei 2020   14:53 Diperbarui: 10 Mei 2020   14:53 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seli atau sepeda lipat, seiring waktu pamor dan jumlah penggunanya semakin banyak di Indonesia. Primadona seli tidak lepas dari dimensinya yang kecil (umum ukuran roda 16 s.d 20 inch) dan ringkas ketika dilipat serta mudah dibawa-bawa sehingga cocok untuk sebagai moda transportasi alternatif dalam beraktivitas sehari-hari.

Tak sedikit pabrikan lokal maupun luar negeri kini ramai-ramai memproduksi seli, dari yang berbahan rigid steel sampai dengan carbon, dari yang nominal jutaan sampai ke puluhan juta harganya. Dari waktu ke waktu kualitas seli semakin baik seiring perkembangan teknologi dalam dunia persepedaan.

Penulis pribadi bisa terbilang masih awam soal sepeda, kiranya baru sekitar empat bulan lebih Penulis menjalani hobi baru ini lebih dikarenakan ada sepeda lipat yang jarang digunakan. 

Interes Penulis kepada sepeda semakin tinggi secara kebetulan kerabat di lokasi Penulis tinggal merupakan para goweser yang memiliki hobi bersepeda dan ngulik part sepeda. Terlebih semenjak ikut dalam komunitas sepeda, keingintahuan Penulis mengenai ilmu prihal sepeda semakin besar dan mulai untuk bereksperimen dengan mengupgrade part sepeda agar lebih nyaman saat gowes.

Namun disinilah fakta yang Penulis temukan bahwasanya keberadaan seli saat ini tidak hanya fokus sebagai moda transportasi maupun sekadar sarana untuk berolahraga. Lebih dari itu seli saat ini lebih tertuju kepada ajang eksistensi diri, hal ini tak pelak disebabkan ranah media sosial yang kini ramai digunakan.

Jika Anda bertipikal terbatas sebagai pengguna sepeda pemula, mungkin saja Anda hanya akan menggunakan sepeda Anda tersebut lepas dari kondisi apakah sepeda yang Anda gunakan itu murah atau mahal, benar atau salah dalam menggunakannya, dan lain sebagainya. Bagi Anda semua itu tidak terlalu penting karena Anda memaknai sepeda hanya sebagai alat.

Lebih lanjut, semakin Anda tahu mengenai sepeda. Anda mulai tahu seperti apa bersepeda dengan benar. Anda mulai paham akan posisi telapak kaki yang tepat saat mengayuh sepeda, posisi seatpost yang benar saat bersepeda, posisi badan yang efektif saat bersepeda, sadel yang nyaman bagi bokong Anda saat bersepeda, dan lain sebagainya. Kemudian secara tidak disadari, Anda mulai selektif memilih jenis sepeda seperti apa yang cocok dengan gaya Anda bersepeda maupun lokasi tempat Anda tinggal seperti perkotaan, pedesaan, maupun pegunungan.

Lalu pada tingkat lanjut, scope Anda terhadap sepeda mulai terbuka lebar. Dengan semakin banyak ilmu yang Anda ketahui, Anda mulai mendapatkan gambaran akan wujud sepeda seperti apa yang Anda mimpi-mimpikan. Anda mulai menganalisa setiap part-part sepeda, seperti frame, rem, seatpost, handlepost, sprocket/casette, RD (rear derailleur), FD (front derailleur), berikut merk-merknya. 

Sebagian kalangan ada yang memilih beli jadi tanpa harus bingung dan membuang tenaga, sedangkan sebagian kalangan memilih membangun sepeda guna mengekspresikan kebebasan dalam memilih part serta ada kebanggaan tersendiri kelak projek sepeda itu selesai dan saat digunakan.

Kembali kepada materi awal bahwasanya sepeda kini bukan lagi moda transportasi maupun untuk berolahraga. Sepeda saat ini sudah menjelma sebagai panggung akan eksistensi diri Anda ke hadapan orang lain.

Tak sedikit kalangan yang membeli sepeda merk mahal bukan dilandasi secara kualitas memang jauh lebih bagus tetapi lebih karena secara ekonomi mereka mampu. Memamerkannya ke media sosial sebagai supremasi bahwa materi bukanlah menjadi soal dan selayaknya diri Anda ingin lebih dihormati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun