Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rencana Relaksasi PSBB, Dibawa Santai Saja

7 Mei 2020   14:14 Diperbarui: 12 Mei 2020   19:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi PSBB (detikNews)

Rencana pemerintah untuk melakukan relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) agar kegiatan perekonomian di masyarakat selama masa pandemi Covid-19 tetap berjalan menuai polemik.

Tak sedikit pihak menyatakan keberatan dan prihatin dengan rencana tersebut menanggapi seolah-olah pemerintah mengesampingkan kenaikan jumlah pasien positif Corona dan disinyalir mengakomodir kepentingan pihak tertentu.

Merujuk polemik rencana relaksasi PSBB ini Penulis mengatakan cukuplah menanggapi rencana tersebut secara santai dan tak usah berlebihan.

Bahwasanya Penulis sependapat dan benar adanya alasan dibalik relaksasi PSBB sepertinya tidak mengindahkan situasi kondisi prihatin sekarang ini dimana penambahan kasus pasien positif Corona terus bertambah. Namun demikian dari kaca mata Penulis melihat pemerintah tetap berusaha sepenuh tenaga fokus menangani pandemi Corona seiring meningkatkan kesadaran masyarakat agar terhindar dari virus Corona.

Akan tetapi yang menjadi akar permasalahan dan pertanyaan besarnya akan polemik relaksasi PSBB ialah kapan pandemi Corona ini akan selesai dan sampai kapan anggaran pemerintah sanggup mengayuh roda perekonomian nasional disaat pandemi Corona berdampak pula pada ekonomi dunia? 

Apa nanti akan ada dukungan agar pemerintah akan berhutang meminta pinjaman bantuan? Kalau sudah hutang bertambah, nanti pemerintah kena semprot lagi disalahkan karena berhutang melulu.

Tanpa disadari hal diatas sejatinya perlu diperhatikan. Bilamana pemerintah tidak lagi mampu menyokong roda perekonomian, lantas siapa yang akan menambal perut sekitar 260 juta rakyat Indonesia (data penduduk tahun 2018) terutama mereka yang terkena imbas langsung pandemi Corona?

Dengan kata lain meninjau kondisi yang mungkin Indonesia akan hadapi dalam beberapa bulan kedepan ini dimana prediksi semakin bertambahnya rakyat miskin akan menjadi kenyataan dan banyak masyarakat merintih kesusahan dikarena tidak mendapatkan income untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Jikalau sudah keadaan diatas terjadi, Penulis mau bertanya nih kiranya apakah para mulia yang terhormat Wakil Rakyat di Senayan sana apakah akan tetap nyinyir kepada pemerintah? Penulis yakin Anda-anda juga akan merasakan kesusahan dari imbas panjang pandemi Corona ini.

Maka mau tidak mau, suka tidak suka, dan siapapun harus menelan bulat-bulat relaksasi PSBB perlu dilaksanakan, mininal guna menopang ekonomi mikro yang punya andil bagi masyarakat.

Kok Penulis seperti terlihat pesimis ya? Bukan pesimis, tetapi Penulis melihat kenyataan hidup yang ada. Mereka yang hidup susah, tetap susah kok. Memang ada yang bantu tetapi bilamana yang membantu turut terkena imbas Corona, terus bagaimana?

Faktanya toh ada atau tidaknya PSBB tidak berpengaruh terlalu banyak terhadap aktivitas manusia pada umumnya seperti mereka yang tinggal di daerah kumuh maupun lokasi pusat keramaian. Hidup mereka jauh lebih bahagia, tidak seperti Anda-anda yang hidup bak layaknya burung dalam sangkar yang hanya tahu dunia luar dari media sosial.

Benar bilamana punya pengaruh kepada meminimalisir aktivitas warga, akan tetapi PSBB juga berpengaruh signifikan kepada perekonomian. Penulis yakin Anda-anda tidak masalah bilamana segala bentuk aktivitas dan hiburan dikurangi, tetapi tidak untuk urusan perut. Anda akan teriak dan teriakan itu tertuju kepada pemerintah.

Lantas bagaimana kesimpulannya? Ya mau bagaimana pun rencana akan relaksasi PSBB tetap perlu dipikirkan kedepannya. Kapan waktu berlangsungnya, itu sudah kewenangan pemerintah tentu melihat kondisi trend pandemi Corona di Indonesia seiring waktu pula warga tetap prioritas menjaga kebersihan dan jalani hidup sehat.

Sebagai penutup, bahwasanya tidak ada satupun manusia yang bisa mengetahui apa yang benar-benar terjadi di masa depan. Batasan manusia yaitu hanya mampu memprediksi dan mempersiapkan segala sesuatu akan kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi di kemudian hari. Saran Penulis, hidup ini sudah susah jadi jangan dibuat lebih susah. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun