Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pak Gub! Anak Libur Sekolah, Berkah atau Bencana?

22 Maret 2020   11:13 Diperbarui: 22 Maret 2020   11:21 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan (Tribunnews)

Terhitung hampir seminggu sudah sekolah-sekolah di Jakarta diliburkan setelah terjadi peningkatan signifikan terhadap kasus positif Coronavirus yang terjadi di Indonesia, khususnya Ibukota Jakarta. Sebagai langkah antisipasi meluasnya wabah Coronavirus, selaku Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk meliburkan sekolah selama dua pekan kedepan dimulai pada hari Senin,16 Maret 2020. Anies beralasan keputusan penutupan sementara sekolah ini dilakukan guna mencegah penularan Coronavirus pada anak-anak.

Untuk memastikan bahwa proses belajar mengajar Murid dapat terus dilakukan, Anies mengimbau agar baik Guru maupun Murid dapat memanfaatkan metode jarak jauh melalui proses digital. Dengan metode belajar jarak jauh ini diharapkan mengurangi potensi terjadinya penularan dan proses belajar mengajar kepada Murid tetap dapat berjalan.

Langkah yang Anies ambil memang layak untuk diapresiasi. Sebagai Gubernur, Anies memiliki kewajiban untuk melindungi dan memastikan agar kegiatan warganya agar tetap berjalan semustinya.

Di era teknologi informasi seperti sekarang maka apa sih yang tidak mungkin dilakukan? Penyelenggaraan pendidikan dalam dilakukan melalui metode jarak jauh tanpa harus mewajibkan adanya wujud bangunan maupun bangku sekolah dengan memanfaatkan teknologi internet.

Keputusan meliburkan anak sekolah bisa dibilang sebagai keputusan yang tepat, saat itu. Namun menurut Penulis keputusan tersebut ternyata tidak memperhitungkan faktor eksternal yang luput dari perhatian.

Hal ini Penulis ketahui ketika berbincang dengan orang tua Murid dimana ketiga anaknya masih duduk di bangku pendidikan. Sebagai orang tua ia mengapresiasi langkah Gubernur untuk meliburkan sekolah demi keselamatan anak-anak maupun secara tidak langsung sekaligus para tenaga pengajar, akan tetapi ia turut mengkritisi bahwa keputusan (metode jarak jauh) itu belum tentu dapat diakomodir oleh seluruh orang tua Murid seperti apa yang kerabatnya alami.

Sebagai orang tua Murid dalam batas kalangan berkecukupan, ia menilai pemenuhan perangkat dan jaringan agar anak-anaknya dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar menjadi suatu keharusan yang wajib orang tua Murid penuhi disini. Pemanfaatan perangkat laptop ataupun smartphone serta koneksi internet (data) adalah syarat utama agar metode jarak jauh dapat berjalan.

Ketiga anaknya masih dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar walau laptop yang ia fungsikan untuk berkerja sehari-harinya untuk sementara waktu salah satu anaknya gunakan, begitupun perangkat smartphone dimana kedua anak lainnya menggunakannya secara bergantian.

Yang menjadi pertanyaan ialah bagaimana bilamana orang tua Murid memiliki banyak anak maupun secara ekonomi keluarga mereka kekurangan atau orang tua Murid yang setiap hari harus mencari nafkah atau orang tua Murid yang memiliki pendapatan tidak menentu? 

Keputusan meliburkan anak sekolah wajib mereka patuhi, akan tetapi bagaimana untuk pemenuhan agar anak-anaknya dapat mengikuti proses belajar mengajar yang kiranya sebagai orang tua perlu mengeluarkan biaya ekstra baik dari segi perangkat maupun koneksi data?

Apakah Pak Anies Baswedan memikirkan hal ini pula? Apakah dalam benak seorang Anies berkata bahwa warga Jakarta dalam skala mampu sehingga mereka tidak akan kerepotan bilamana metode jarak jauh dilaksanakan? Ataukah Pak Anies berpikiran, libur sekolah ini hanya sementara (dua pekan saja) sehingga tidak akan membebani para orang tua Murid? Bagaimana jika lebih seiring situasi kondisi tidak membaik?

Ya Pak Anies dalam membuat kebijakan memang sebagai pemimpin perlu kiranya memperhatikan segala aspek, apakah itu positif maupun negatif. Lebih-lebih keputusan yang menyertakan orang banyak didalamnya. 

Layaknya keputusan meliburkan sementara sekolah, ternyata dibalik segala tujuan baik didalamnya pun masih ada aspek lain yang luput. Seiring libur sekolah berjalan maka seiring pula biaya yang mereka para orang tua Murid harus tanggung dan penuhi agar anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang layak.

Seperti Penulis katakan, andai situasi kondisi ini membaik. Bukan bermaksud pesimistis ini hanyalah sebuah pertanyaan, lantas bagaimana jika tidak? Apakah keputusan libur sekolah akan diperpanjang kembali? Lalu langkah apa yang akan Pak Anies Baswedan lakukan bagi para orang tua Murid supaya mereka tidak terbebani dan merasa khawatir sehingga anak-anak mereka dapat tetap mencicipi proses belajar mengajar?

Sebagai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta segambreng perangkat TGUPP dibelakang maka Penulis yakini Pak Anies pasti memiliki solusi jitu untuk menyelesaikan masalah ini. Jelang seminggu libur sekolah usai masih ada waktu untuk memikirkannya, warga Jakarta sangat menunggu dan menantikan jawaban itu. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun