Coronavirus memang telah menjadi pademi global. Menurut data terbaru (Minggu malam), kini wabah Coronavirus telah menginvasi 155 Negara di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Di Indonesia terkonfirmasi bahwa telah 117 individu terinfeksi Coronavirus, dimana diantara 104 pasien positif Coronavirus, 8 pasien dinyatakan sembuh, dan 5 pasien meninggal.
Seiring peningkatan kasus Coronavirus, tidak hanya pemerintah yang melakukan langkah-langkah antisipasi guna menghadapi epidemi dan dampak Coronavirus bagi Indonesia. Baik kepala daerah di wilayah masing-masing pun melakukan langkah pencegahan agar Coronavirus tidak menyebar berikut melindungi warganya.
Layaknya seperti di Jakarta dimana Gubernur Anies Baswedan mengeluarkan berbagai keputusan untuk mengantisipasi penyebaran wabah Coronavirus, diantaranya menutup seluruh tempat wisata di Jakarta selama 2 pekan kedepan, meliburkan sekolah-sekolah di Jakarta selama jangka waktu 2 minggu kedepan, membatasi jam operasional transportasi publik di Jakarta, mengimbau agar warga Jakarta tidak keluar rumah, dan sebagainya.
Bahkan Anies Baswedan turut mempertimbangkan opsi melakukan lockdown wilayah Jakarta atau dengan kata lain menghentikan aktivitas keluar dan masuk suatu wilayah. Akan tetapi, Anies berpendapat hal tersebut hanya akan dilakukan apabila masyarakat tidak menjalankan aturan yang ada demi pencegahan penyebaran Coronavirus.
Menanggapi hal di atas, apa yang telah Anies lakukan memang patut diapresiasi. Ia mempersiapkan langkah-langkah strategis guna mengantisipasi penyebaran Coronavirus di Jakarta.
Namun prihal pertimbangan untuk me-lockdown Jakarta, Penulis pribadi menyatakan keberatan bilamana hal itu andai benar-benar dilaksanakan. Tentu keberatan Penulis memiliki dasar alasan, bukan dilandasi kebencian dari sosok maupun kegemaran mengeritik kinerja dari seorang Anies Baswedan.
Hal pertama kenapa Penulis tidak setuju andai Jakarta di lockdown, bahwasanya pertimbangan Anies tersebut secara tidak langsung menggambarkan ketidakpekaan Anies prihal situasi kondisi warga Jakarta maupun sekitarnya.
Bagi Anies yang kini menjabat seorang Gubernur dan digaji oleh warga Jakarta, andaikan Jakarta di lockdown maka baginya tidak akan terlalu berpengaruh. Secara pribadi maka ia masih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maupun menjalani rutinitas tugasnya sebagai Gubernur.
Akan tetapi bagaimana dengan warga Jakarta maupun sekitarnya yang lain? Bagaimana nasib mereka yang setiap harinya harus mencari nafkah di Jakarta untuk menghidupi diri maupun keluarganya? Apakah Anies memikirkan hal ini? Apakah Anies kiranya akan mengcover seluruh biaya hidup mereka andaikan Jakarta di lockdown?
Kedua, tentu status Jakarta hingga kini masih sebagai Ibukota Negara Indonesia. Dengan kata lain Anies memang Gubernur DKI Jakarta, tetapi keputusan me-lockdown Jakarta bagaimanapun tetap membutuhkan persetujuan pihak Istana Negara dimana kekuasaan Presiden mencakup seluruh wilayah Indonesia.