Penyebaran Coronavirus lewat udara memang disanggah bahwa sebagai sebuah klaim tanpa bukti ilmiah. Dimana hal tersebut kemudian dikoreksi bahwa rute penularan lewat udara paling memungkinkan adalah dari orang terinfeksi yang batuk atau bersin serta menampik bahwa virus tersebut bisa bertahan dan masuk melalui udara dengan bebas.
Di sisi lain, turutnya keberadaan berita bohong atau hoax di kalangan publik disertai keraguan-keraguan bahwasanya Indonesia nol suspect Coronavirus mau tidak mau kian memperparah situasi.
2. Skeptisme publik
Mungkin yang menjadi dasar pertanyaan ini adalah apa yang menjadikan sebagian publik merasa skeptis terhadap Coronavirus di Indonesia?
Lepas dari apakah publik di Indonesia tidak memahami betul karakter dari sosok Menkes Terawan, hal itu kembali bisa dimaklumi mengingat masa jabatannya yang baru beberapa bulan dan publikasi media akhir-akhir ini menjadikan sebagian publik cukup kaget dan mengundang empati kepadanya. Seiring waktu publik kiranya dapat menerima sosok Menkes ini dalam lingkup kapasitasnya sebagai pejabat publik sekaligus tenaga medis profesional.
Namun demikian, skeptisme muncul terhadap publik menurut pandangan Penulis bukan terjadi pasca pengumuman 2 WNI positif Coronavirus melainkan justru sebelumnya. Hal ini didasari oleh sikap pemerintah Indonesia yang dinilai oleh publik kurang sigap dan terlalu meremehkan epidemi Coronavirus.
Publik pun bertanya-tanya di belahan dunia lain, mengapa disaat negara-negara bereaksi terhadap kemunculan wabah Coronavirus namun sebaliknya di Indonesia terlihat nampak santai-santai saja. Rasa percaya diri pemerintah Indonesia akan klaim nol suspect Coronavirus melahirkan keresahan yang secara dadakan bergejolak tatkala 2 WNI positif Coronavirus diumumkan. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk mengembalikan rasa optimisme publik bahwa Indonesia mampu mencegah dan menangani serta melindungi warganya terhadap wabah Coronavirus.
3. Â Guyonan atau gurauan
Hal nomor tiga ini Penulis imbau tolong agar jangan dibawa serius, ini hanya sekadar guyonan bahwasanya "di Indonesia apa-apa serba dibalik".
Menanggapi pernyataan Menkes Terawan sebagaimana Penulis sampaikan bahwasanya benar apa adanya. Hanya saja publik di Indonesia ini seringkali nyeleneh kalau diberitahu mana yang benar.
Sebagai contoh, "buanglah sampah pada tempatnya" menjadi "buanglah sampah berikut tempatnya".