Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Harga Masker Selangit, Kenapa Menkes yang Disalahkan?

20 Februari 2020   09:18 Diperbarui: 20 Februari 2020   09:31 3549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkes Terawan (Kompas)

Pertanyaannya kalau harga sembako mahal, kenapa dibeli? Karena sembako merupakan kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan masyarakat. Dengan kata lain tanpa adanya dasar alasan urgensi, masyarakat pasti akan membelinya. 

Lantas bagaimana dengan masker medis? Apakah ada alasan dasar urgensi untuk dibeli disana? Andaikan, catat "andaikan" wabah Coronavirus menjadi epidemi di Indonesia maka penjual masker medis tersebut kemungkinan besar akan ditindak melalui denda maupun secara pidana bilamana menjual masker medis dengan harga tidak wajar. Seperti apa yang pemerintah Cina lakukan dengan menetapkan denda bagi siapapun pihak yang menimbun dan menjual masker dengan harga tinggi.

Secara kesimpulan bahwa jelas, kaitan pernyataan Menkes Terawan dengan fenomena harga masker medis selangit sangatlah logis. Bilamana Anda sehat, kenapa Anda mau beli masker medis harga selangit tersebut?

Kenapa Anda terlalu khawatir dengan timbulnya akan wabah Coronavirus di Indonesia? Apakah Anda ragu dengan kemampuan akan kinerja pemerintah selama ini untuk mengantisipasi wabah menular dan mematikan tersebut? Apakah Anda ragu dengan kemampuan tenaga medis di Indonesia? Kenapa Anda mau dipermainkan dengan para penjual masker medis yang mencoba mencari keuntungan dari kepanikan yang selayaknya tidak mereka lakukan?

Kembali kita berbicara perihal si penjual, bukan lagi kepada pernyataan Menkes. Boleh jadi di Indonesia Anda menjual masker medis dengan dasar aji mumpung dari kepanikan publik demi meraup keuntungan semata. Namun ingat hal tersebut menandakan bahwa sisi moral dan kepedulian pribadi Anda kurang. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun