Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ongkos Politik Termahal Dalam Ajang Balap Formula E

14 Februari 2020   13:21 Diperbarui: 14 Februari 2020   13:23 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Formula E (GridOto)


Setelah menjadi polemik berkepanjangan, pada akhirnya Kemensesneg mengizinkan ajang balap Formula E Jakarta 2020 jadi digelar di Monumen Nasional (Monas). Tidak ingin kisruh ini merusak nama baik Indonesia, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali berpesan agar pihak penyelenggara maupun Pemprov DKI Jakarta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait serta mengikuti arahan Kemensesneg selaku Ketua Dewan Pengarah.

Mengapa Pemprov DKI Jakarta memilih Monas sebagai sirkuit balap Formula E Penulis kira bukan karena Monas sebagai ikon dari Ibukota Jakarta saja, melainkan karena infrastruktur yang memungkinkan gelaran Formula E berlangsung dan kawasan ini merupakan area ring 1 dilihat dari aspek keamanan yang mendukung serta meminimalisir gangguan yang mungkin saja diakibatkan berlangsungnya event besar tersebut.

Andaikan saja event tersebut dipindahkan, semisal melintasi kawasan Sudirman maupun Thamrin maka kemungkinan besar aktivitas di kawasan padat bisnis tersebut akan terganggu dan masyarakat pun dirugikan.

Simpang siur pelaksaan ajang balap Formula E memang tidak bisa disanggah diawali gaduh prihal revitalisasi kawasan Plaza Selatan Monas dimana area tersebut akan menjadi objek instagrammable ketika mobil balap listrik itu melintas.

Aroma-aroma tidak mengenakkan terus mengiringi hajatan besar ini dari ketidakcakapan Pemprov DKI Jakarta prihal aturan revitalisasi Monas, pohon-pohon yang ditebang imbas proyek revitalisasi, musibah banjir besar yang menerjang Jakarta, serta ketidakselarasan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah membuahkan gaduh penyelenggaraan Formula E yang tinggal beberapa bulan lagi.

Ajang balap yang memakan anggaran hingga triliunan Rupiah ini disinyalir tidak hanya memenuhi aspek hiburan semata saja akan tetapi juga akan memberikan dampak positif khususnya bagi Ibukota Jakarta, di antaranya seperti meningkatkan jumlah wisatawan, menggerakkan roda perekonomian, menarik investor, hingga kampanye untuk mendorong masyarakat dalam menggunakan transportasi ramah lingkungan.

Namun demikian, dampak positif tersebut baru refleksi dari angan-angan yang masih perlu pembuktian nantinya.

Terkait ajang balap Formula E ini memang layak dipertanyakan apa urgensinya? Dikala pekerjaan rumah Jakarta kian menumpuk dari kemacetan yang tiada habisnya, pencemaran polusi udara setiap harinya, timbunan sampah, dan banjir musiman yang kerap terjadi disaat intensitas hujan tinggi, Anies lebih memilih ajang balap mobil listrik.

Apakah Formula E ini usaha Anies untuk unjuk gigi kepada warga dunia dan Jakarta?Menilik kebelakang bilamana kita ingat tepatnya di 2010, nama Anies Baswedan saat itu sebagai Rektor sebuah universitas emang masuk sebagai "20 tokoh yang akan mengubah dunia pada 20 tahun mendatang" oleh majalah Foresight terbitan bulan April.

Nama Anies Baswedan disandingkan dengan nama-nama 19 tokoh ternama lainnya seperti Nama Anies dicantumkan bersama 19 tokoh dunia lainnya seperti Vladimir Putin, Hugo Chavez, David Miliband, Rahul Gandhi, dan sebagainya.

Menurut majalah bulanan berbahasa Jepang itu, "Anies adalah seorang Muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu".

Namun 10 tahun berselang, setelah Anies bersinggungan di dunia politik dimana ia sempat mencicipi jabatab sebagai Mendikbud dan kini sebagai Gubernur DKI Jakarta, nama Anies seolah tenggelam. Mungkin tidak sedikit yang berpandangan, "ah media sih tinggal dipesan untuk cantumkan nama".

Tetapi seperti kita ketahui indepedensi media asing masih merujuk kepada profesionalisme dan mereka memiliki dasar penilaian objektif kepada tokoh-tokoh berpengaruh. Kita tidak bisa pungkiri pula pemberitaan di media asing memiliki andil setidaknya menambah popularitas seseorang dan dampaknya kepada elektabilitas.

Lantas apakah memang ada "Big Goals" dibelakang perhelatan Formula E ini? Apabila benar maka Formula E ini bisa dibilang sebuah event dengan ongkos politik yang teramat mahal digunakan untuk menggenjot popularitas. Apakah Formula E ini sebuah ajang hambur-hambur anggaran dan bagi-bagi projek semata? Kita tidak tahu dan semoga saja tidak demikian adanya.

Walau begitu Penulis harap perhelatan Formula E ini dapat berlangsung lancar dan tujuan mulianya dapat tercapai. Mengingat kesenjangan di Jakarta yang katanya sih semakin ekstrem, Penulis pun berpikiran bahwa Rp.1.6 triliun tentu akan lebih bermanfaat untuk program pangan murah dan subsidi warga miskin di Jakarta. Benar tidak? Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun