Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Setop Mempolitisasi Coronavirus!

31 Januari 2020   10:05 Diperbarui: 31 Januari 2020   16:59 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coronavirus (Kompas)

Wabah Coronavirus hingga kini masih terus merebak di beberapa negara di belahan dunia. Di Cina lokasi dimana Coronavirus pertama kali terdeteksi, berdasarkan informasi terbaru tercatat sekitar 7.000 jiwa positif dan 170 jiwa meninggal karenanya dan kemungkinan besar akan terus bertambah.

Berbicara mengenai Coronavirus yang terjadi di Cina acapkali musibah ini dikaitkan dengan tindakan intimidasi yang pemerintah Cina lakukan terhadap Muslim Uighur. Percaya tidak percaya, pembahasan prihal Coronavirus kerap diartikan sebagai "karma" atau balasan atas kekejaman mereka. Bahkan hal tersebut dikemukakan secara terang-terangan oleh sosok-sosok yang sejatinya memiliki rata-rata ilmu lebih serta memiliki tugas tanggungjawab mengayomi masyarakat.

Menanggapi hal diatas, jujur saja sebenarnya Penulis kurang berkenan dan miris apabila ada pihak yang mengaitkan-ngaitkan antara suatu musibah dan kemudian mempolitisirnya guna membentuk kebencian kepada golongan tertentu. 

Kenapa Penulis berpandangan demikian? 

Berbicara mengenai suku Uighur, suku minoritas yang umum beragama Islam ini bagaimanapun suku yang nyatanya hidup di daratan Cina, Xinjiang. Wabah Coronavirus yang melanda Cina saat ini maka secara nalar berarti mengancam pula keberadaan mereka disana. Apakah berarti Anda mengamini musibah itu turut serta melanda mereka?

Apabila kita menganggap wabah Coronavirus ini sebagai karma, maka pertanyaannya apa yang salah dari suku Uighur yang konon diposisikan sebagai objek penderita. Letak kota Wuhan memang jauh dari Xinjiang, tapi apakah hal tersebut membatasi penyebaran Coronavirus yang telah tersebar di negara lain yang jaraknya bahkan berkali-kali lipat lebih jauh.

Penulis pun terheran-heran, mengapa wabah Coronavirus ini digiring kepada sentimen agama. Apakah rasa solidaritas dan kepedulian umat justru membuat diri kita tidak bisa menilai secara objektif bahwa Coronavirus sebagai tanda-tanda dari kiamat kecil?

Jika diri Anda keukeh menggiring Coronavirus ini kepada sentimen agama, maka pertanyaannya bukankah seharusnya kita semua para umat berkaca dengan apa yang terjadi di Indonesia? Negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia dan negara paling menjunjung tinggi toleransi umat beragama ditimpa oleh rentetan musibah diberbagai wilayah, dari banjir, longsor, gempa bumi, dan lain sebagainya. Tak ada yang diuntungkan dari sebuah musibah karena sekecil apapun hati individu pasti akan merasakannya.

Kemudian Penulis pun sedikit demi sedikit belajar untuk lebih paham ilmu, bukankah bagaimana Allah tergantung kepada penilaian masing-masing umatNya dan hal tersebut menjadikan bagaimana kualitas ahlak mulia dari diri pribadi.

Jika kita menyatakan bahwa Coronavirus tersebut sebagai karma atau balasan. Apakah diri Anda menyatakan bahwa Allah itu kejam dan menjadi sebuah kebenaran kepada diri Anda layak untuk membenci siapapun orang-orang yang Anda tidak sukai?

Bukankah Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang? Apakah sebegitu besar rasa kebencian yang tertanam pada hati kecil Anda sehingga tidak memungkinkan menyerap sifat-sifat yang Allah contohkan? Jangan-jangan malah rasa kebencian yang tertanam dalam hati kita ini justru menghantarkan kepada beragam musibah yang negeri ini alami.

Oleh karena itu Penulis pun disini menghimbau alangkah baiknya sikap negatif itu dihentikan, stop-lah mempolitisasi wabah Coronavirus. Marilah kita bersama jadikan musibah wabah Coronavirus ini sebagai momentum interopeksi diri dan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah ta'ala. 

Tidak ada di muka bumi ini terjadi tanpa sepengetahuan dan kehendak Allah ta'ala. Kesemua itu adalah tanda-tanda dari kuasaNya. Demikian artikel Penulis mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun