Bagi Anda generasi 90-an mungkin akan ingat film berjudul Silence of The Lambs. Film yang diadaptasi dari novel dan bergenre thriller ini melambungkan nama aktor Anthony Hopkins dan aktris Jodie Foster di ranah Hollywood karena kegemilangan peran mereka dalam film tersebut.
Sekilas film ini menceritakan seorang traine agen FBI Clarice Starling (Jodie Foster) dimana ia ditugaskan untuk mencari informasi kepada seorang mantan psychiatric dan tahanan kasus pembunuh berantai secara kanibal bernama Hannibal Lecter (Anthony Hopkins) dalam upaya mengejar seorang psikopat pembunuh berantai dengan julukan "Buffalo Bill" yang mengincar wanita muda dengan membunuh dan menguliti para korbannya.
Kesuksesan film ini satu dekade kemudian dibuatlah sequel berikutnya berjudul Hannibal di tahun 2001 dan dua prequel Red Dragon di tahun 2002 serta Hannibal Rising di tahun 2007.
Namun bukan film tersebut yang ingin Penulis bahas, melainkan lebih kepada pembahasan kepribadian dari seorang psikopat.
Bukan bermaksud mencari apa yang menarik dari sosok kepribadian psikopat. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa psikopat atau sosiopat adalah penyakit kejiwaan yang dicirikan oleh tindakan yang bersifat egosentris (menilai sesuatu mutlak dari sudut pandang pribadi saja) dan antisosial serta merugikan orang terdekatnya.Â
Ada banyak kriteria seperti apa wujud psikopat, akan tetapi seorang psikopat tidak bisa dikategorikan sebagai orang gila atau orang hilang akal karena seorang psikopat sadar akan perbuatannya.
Ya beberapa hari ini publik di Indonesia dikejutkan oleh berita mengenai seorang warga Indonesia bernama Reynhard Sinaga yang divonis hukuman penjara seumur hidup atas dakwaan pemerkosaan oleh pengadilan Manchester, Inggris. Prihal informasi lengkap mengenai sosok dan serba serbi kasus ini kiranya mudah ditemui dan sudah banyak beredar.
Apa yang mengejutkan dari kasus RS yaitu bahwa korbannya adalah kaum Pria (sesama jenis) dan diduga korbannya mencapai ratusan orang. Atas perbuatannya tersebut, RS pun dicap sebagai predator seks dan seorang psikopat.
Merujuk pada kasus RS, Penulis selalu menjelaskan bahwa pada hakikatnya sejak lahir di muka bumi orientasi seks seseorang normal adanya di mana Pria menyukai lawan jenisnya yaitu Wanita dan sebaliknya. Memiliki orientasi seksual yang berbeda dari orang kebanyakan, berbeda halnya dengan kelainan genetik seperti sindrom Klinefelter yang langka terjadi pada kaum Pria dimana lahir dengan kromosom X tambahan sehingga memiliki beberapa karakteristik Perempuan.
Lantas apa yang menyebabkan seseorang memiliki kelainan orientasi seks? Banyak latar belakangnya, bisa itu karena pergaulan ataupun yang kiranya banyak pakar sebutkan yaitu trauma dikarenakan atau mungkin pernah menjadi korban kejahatan seksual.
Pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana seseorang sampai menjadi pelaku tindak kejahatan pemerkosaan dan psikopat?
Dalam hal ini Penulis berupaya menjelaskan dalam kasus RS maupun kasus yang serupa bahwasanya seseorang tidak dengan sendirinya atau secara instant bertransformasi menjadi pelaku kejahatan maupun seorang psikopat. Akan selalu ada faktor X atau pemicu mengapa seseorang sampai melakukannya walau apa yang dilakukan oleh orang tersebut tidak bisa dicerna dengan nalar.
Sebagai gambaran pelaku pemerkosaan Pria terhadap Wanita, bukan hanya karena pelaku tidak dapat mengontrol nafsu birahinya maupun kurangnya iman melainkan pula pelaku pemerkosaan merasa memiliki kontrol terhadap korbannya.Â
Pelaku pemerkosaan merasa superior dan mengintimidasi korban dengan segala upayanya, semisal mengancam akan menyakiti atau membunuh korban. Dalam kasus RS pun bisa Anda ketahui upaya yang ia lakukan terhadap korbannya.
Lantas apa hubungannya dengan kepribadian psikopat? Di sinilah letak betapa seramnya psikopat, seorang psikopat berprilaku layaknya orang normal pada umumnya, ia bisa menjadi pendengar yang baik, ia dapat tampil menarik dan menawan, dan kedok persona lain sebagainya namun ia bersikap tanpa rasa empati (emosi), tak peduli terhadap aturan yang berlaku maupun konsekuensi atas apa yang diperbuatnya.
Merujuk pada keadaan di atas tentu fokus kita akan tertuju pada sosok Hannibal Lecter maupun Arthur "Joker" Fleck. Keduanya memang sosok rekaan dalam film, namun bisa kita lihat bagaimana sosok Hannibal begitu kharismatik, ia mampu menganalisa kepribadian Clarice sebagaimana ia berpengalaman sebagai Psychiatric, dan ia mampu memanipulasi semua orang untuk menuruti kemauannya agar ia dapat kabur.
Bagaimana dengan Joker? Sosok yang menjadi mastermind kejahatan di Gotham City dan musuh bebuyutan Batman ini memang dikategorikan sebagai seorang psikopat. Dengan segala kekurangan yang dimilikinya, seorang Arthur Fleck yang anti sosial bertransformasi menjadi seorang penjahat yang kejam dan bengis serta mempunyai banyak cara dalam melakukan tindak kejahatan.
Dari bahasan ini apa yang ingin Penulis sampaikan adalah pentingnya mempelajari kepribadian maupun karakteristik seseorang. Dari pengetahuan yang kita dapati maka diharapkan pribadi dapat seksama mengetahui dan memiliki kemampuan memilah sosok-sosok mana saja yang kiranya baik untuk pergaulan, dengan demikian kita dapat pula terhindar dari segala sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.Â
Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H