Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Cemburu Pelukan Surya Paloh?

9 November 2019   06:51 Diperbarui: 9 November 2019   06:53 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surya Paloh dan Sohibul Iman (Kompas)

Jadi sekalipun Surya Paloh mengemukakan bahwa pertemuan tersebut hanya silaturahmi antar partai, Penulis yakin tidak semua pihak mempercayainya. Mau pertemuan itu dilakukan saat ini ataukah nanti, bagaimanapun pandangan skeptis pasca pertemuan tersebut akan selalu timbul.

Kemudian dalam kaitan pertemuan Surya Paloh dengan Pilpres 2024? Owalah, tahun 2024 masih lama! Apa ada yang bisa menjamin umur Anda-anda sampai kesana?

Tak perlu jauh-jauh memikirkan Pilpres 2024, mari kita menelisik sebentar kebelakang apa yang terjadi dimana kubu Prabowo bergabung dengan kubu Jokowi. Ya sebagaimana sering diingatkan bahwa dunia politik itu dinamis, kerap membuahkan sesuatu yang tidak diduga akan tetapi tidak berarti kesemuanya tidak bisa diterka (ditebak).

Kompetisi Pilpres 2024 masih lama, maka hal yang paling logis ialah kompetisi jelang Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) 2020 dan 2022. Hal itu yang paling memungkinkan, pertemuan para tokoh politik kiranya lebih kepada untuk memastikan komunikasi diantara mereka tetap baik walau berbeda posisi maupun pasca kemelut Pilpres 2019.

Lebih-lebih lagi persoalan rencana Pemilu serentak 2024 belum ada kepastian akan kelanjutannya, menurut Penulis semua kemungkinan masih di awang-awang. Bilamana pertemuan Surya Paloh itu dinilai sebagai sebuah penghianatan, maka sangkaan itu serba berlebih-lebihan karena jelas tidak mendasar.

Logis saja Partai Nasdem mendapatkan tiga pos Menteri dalam Kabinet Maju Jokowi. Lepas dari pos Menteri itu pas atau tidaknya bagi Partai Nasdem, tak mungkin Nasdem berniat menusuk dari belakang rekan seperjuangannya. Apalagi sosok seorang Surya Paloh, sebagai seorang pebisnis dan politikus handal kiranya ia telah jauh-jauh hari menghitung apa yang akan Partai Nasdem lakukan.

Sebagai penutup. Layaknya hubungan Suami Istri, cemburu boleh-boleh saja bahkan cemburu Suami kepada Istri maupun sebaliknya justru dianjurkan dalam kapasitasnya tanggungjawab. Yang tidak boleh itu ialah ketika cemburu buta yang menimbulkan rasa saling curiga, saling tidak percaya, dan menjadi biang keladi kisruh dalam rumah tangga.

Apabila Jokowi cemburu dengan pelukan Surya Paloh kepada Sohibul Iman, sesuatu yang wajar-wajar saja. Akan tetapi bilamana kecemburuan itu dinilai sebagai bentuk kecurigaan, maka akan lebih baik bilamana Jokowi dan Surya Paloh duduk satu meja untuk sama-sama mendiskusikannya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun