Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Car Free Day, Kegiatan Tidak Menyehatkan?

1 November 2019   13:34 Diperbarui: 3 November 2019   08:08 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bundaran HI (Dokumentasi pribadi)

Apa gambaran Anda mengenai CFD atau Car Free Day? Mungkin sekilas dibenak Anda terpikirkan akan keramaian, orang berolahraga, Jalan Thamrin-Sudirman, pedagang kaki lima, hiburan, wisata kuliner, maupun lainnya.

Sejatinya Car Free Day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor ialah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat umum untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor dan bahan bakar fosil.

Dengan langkah demikian, diharapkan selain dapat mengajak atau membudayakan masyarakat agar beraktivitas dengan tidak menggunakan kendaraan bermotor, semisal berjalan kaki maupun bersepeda. Kemudian masyarakat diharapkan sadar pula akan dampak yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor maupun peduli terhadap lingkungan.

Di Jakarta, CFD rutin digelar pada hari Minggu setiap bulannya, terkecuali ditiadakan apabila ada momentum penting, seperti pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang dilaksanakan di bulan Oktober lalu.

Penulis pribadi baru rutin mengikuti CFD beberapa minggu ini. Minimnya aktivitas yang menyehatkan, membuat penulis mencoba hobi baru, yaitu berolahraga dengan menggunakan sepeda.

Rutinitas baru penulis ini memang menyenangkan namun cukup melelahkan pula. Senang karena berusaha untuk mencoba pola hidup sehat, sedangkan lelah karena hobi bersepeda ini cukup menguras energi dan tidak bisa diporsir besar secara dadakan. 

Alhasil karena tidak terbiasa bersepeda dengan jarak lumayan jauh, seluruh bagian kaki penulis dari paha hingga tapak kaki nyeri tidak karuan dalam waktu beberapa hari.

Kondisi Bundaran HI jam 7 pagi -20/10/19 (Dokumentasi pribadi)
Kondisi Bundaran HI jam 7 pagi -20/10/19 (Dokumentasi pribadi)
Perihal Car Free Day itu sendiri Penulis menilai layaknya pribahasa "jauh panggang dari api". Dalam pengertian kesadaran masyarakat dari maksud tujuan CFD, "mungkin" saja terbentuk walau pada realitanya kendaraan bermotor di Jakarta masih merajalela dan jalur sepeda masih nampak sepi setiap harinya. Secara gambaran keseluruhan CFD bukan sesuatu kegiatan yang bisa dibilang menyehatkan.

Jujur saja, lewat dari jam 7 pagi kawasan CFD Thamrin-Sudirman sudah tidak bisa dinikmati lagi bagi mereka yang berniat berolahraga khususnya bersepeda. 

Kawasan tersebut bukan hanya sesak oleh lautan manusia, melainkan pula disekaki oleh begitu banyak PKL yang memakan sisi jalan utama. Busway pun menjadi korban, sehingga menyebabkan perjalanannya terganggu dikarenakan orang-orang menggunakan jalurnya untuk berolahraga.

Menjelang jam 8 pagi, masyarakat umumnya berkerumun di kantong-kantong keramaian seperti Bundaran HI, Air Mancur Patung Kuda, dan Bundaran Senayan. Teriknya matahari tidak membuat wilayah CFD sepi, justru semakin ramai orang berdatangan.

Tak menyehatkannya kegiatan CFD ini di satu sisi juga disebabkan oleh kualitas polusi udara Jakarta yang tinggi. Beberapa kali penulis amati melalui laman AirVisual dikemukakan bahwa kualitas udara Jakarta pada Minggu pagi sangat buruk, ditandai dengan warna kuning sampai dengan orange pada map. 

Bahkan jika Anda amati secara langsung, kondisi langit sekitar gedung pencakar langit di Jalan Thamrin-Sudirman dari kejauhan seperti berkabut dengan nuansa warna keabuan.

CFD di Jakarta benar-benar jauh dari kata nyaman dan menyehatkan. Tak jarang pula kita bisa melihat penyakit sosial seperti gepeng yang lalu lalang mengemis meminta bantuan. Seolah ketimpangan ekonomi dan sosial sengaja dipertunjukkan agar jadi tontonan orang banyak.

Walau begitu banyak kekurangan dalam kegiatan CFD ini, menurut penulis perhatian Pemprov DKI Jakarta untuk membenahi CFD agar teratur dan nyaman untuk dinikmati oleh masyarakat masih terlihat sangat minim. 

Bundaran HI (Dokumentasi pribadi)
Bundaran HI (Dokumentasi pribadi)
Andaikan Pemprov DKI Jakarta memang peduli dan ingin mensosialisasikan Jakarta bebas kendaraan bermotor, maka baiknya Pemprov DKI Jakarta rutin mengadakan CFD di lokasi yang terpisah. 

Mengapa demikian? Selain untuk memperluas jangkauan sosialisasi agar masyarakat gemar berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum, diharapkan juga nantinya konsentrasi warga Jakarta tidak hanya fokus ke Thamrin-Sudirman yang sudah terlampau padat. 

Kalau keadaan seperti ini terus didiamkan, maka jangan harap masyarakat akan sudi untuk beralih. Kemacetan dan polusi hanya akan jadi legacy kepada siapapun yang memimpin Jakarta nantinya. Demikian artikel penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun