Mimpi Timnas Indonesia agar dapat berlaga di Piala Dunia memang sangat tinggi, akan tetapi sayangnya mimpi tersebut bertolak belakang dengan realita perjalanan Timnas Indonesia pada babak kualifikasi Piala Dunia beberapa waktu lalu.Â
Setelah kalah memalukan oleh Malaysia dengan skor 2-3, kemudian bertekuk lutut ketika menghadapi Thailand dengan skor 0-3, bisa dibilang nasib Timnas Indonesia kritis terpuruk di dasar klasemen.
Dua kekalahan diawal ini lantas menimbulkan spekulasi akan masa depan pelatih Timnas Indonesia Simon McMenemy bahwa ia akan diganti oleh pelatih lain. Titik cerah lanjut atau tidaknya pelatih kebangsaan Skotlandia itu baru akan diketahui nanti saat Exco PSSI menggelar rapat membahasnya.
Berbicara soal kepelatihan di dunia sepakbola memang dipandang sebagai salah satu faktor krusial bagi sebuah tim. Pelatih atau manager sepakbola bukan sekadar individu yang mengorganisir latihan anak asuhnya melainkan pula menyusun strategi jitu, membangun tim yang solid, serta menjaga mental agar tim-nya meraih hasil optimal.
Dalam sepakbola pergantian pelatih adalah suatu yang lumrah dikala sebuah tim tidak meraih hasil sesuai ekspektasi. Contoh saja tim-tim besar Eropa seperti Chelsea setelah era Di Matteo, Manchester United setelah era Ferguson, Real Madrid sebelum Zinedine Zidane, dan lain sebagainya. Bisa disimpulkan menemukan pelatih yang tepat dan meraih hasil optimal secara instant bukanlah hal yang mudah.
Lantas bagaimana dengan Timnas Indonesia? Berbekal sisa 6 pertandingan dimana dua laga berikutnya melawan Uni Emirat Arab dan Vietnam yang akan digelar pada tanggal 10 dan 15 bulan Oktober nanti, menurut Penulis rasa-rasanya dengan waktu tersisa 3 minggu dari sekarang untuk mengganti pelatih bukanlah solusi terbaik.
Mengapa? Pertama, dua kekalahan awal menyakitkan jelas suatu kondisi yang sulit Timnas Indonesia harus hadapi. Kedua, diatas kertas dua lawan Timnas Indonesia berikutnya UAE dan Vietnam bukan sembarang lawan. Dalam pertandingan awal kedua Timnas, berlaku sebagai tamu UAE mengalahkan Malaysia dengan skor 2-1 dan Vietnam bermain imbang ketika melawan Thailand.Â
Ketiga, kiranya mustahil ada seorang pelatih mau apakah itu sekelas Jose Mourinho, Pep Guardiola, Jurgen Klopp yang mampu menggantikan posisi kepelatihan dan mempersiapkan sebuah tim dalam waktu singkat dengan jaminan kemenangan.
Bagaimanapun opsi satu-satunya kepelatihan Timnas Indonesia untuk sekarang ini dan 2 pertandingan kedepan memang ada ditangan Simon McMenemy.
Berkaca dari dua kekalahan awal Timnas Indonesia, tentunya sudah banyak pelajaran didapat untuk menelurkan strategi yang tepat ketika bertandang ke UAE dan menjamu Vietnam nanti.
Stamina memang jadi momok menakutkan bagi Timnas Indonesia, berkali-kali Timnas kedodoran dalam hal ini yang berakhir hilangnya konsentrasi pemain baik dalam menyerang maupun bertahan. Mengetahui kelemahan ini sayangnya tidak diantisipasi dengan strategi yang tepat.
Timnas Indonesia memang memiliki pemain-pemain berkualitas, akan tetapi minim sekali pemain yang mampu menjaga ritme permainan dan memiliki supervisi saat pertandingan berlangsung.Â
Disaat menyerang, timnas Indonesia terlihat selalu terburu-buru, minim kreativitas, kurangnya komunikasi antar lini, dan acapkali membuang peluang percuma.Â
Sedangkan disaat bertahan, Timnas Indonesia seperti kehilangan induk (sosok pemimpin) yang mampu mengetahui apa yang harus dilakukan, fighting spirit yang kurang, serta seringkali melakukan kesalahan.
Namun demikian walau dua pertandingan Timnas Indonesia berakhir kekalahan, kita tetap perlu apresiasi hasil jeih payah perjuangan mereka. Penulis masih melihat bahwa ada peningkatan dari satu pertandingan ke pertandingan yang lain.Â
Semoga saja Timnas Indonesia ibarat seperti mesin diesel yang lambat panasnya, sebuah tim yang mau belajar dari kesalahan dan mampu bangkit kembali untuk berprestasi serta mengharumkan bangsa ini di kancah dunia. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H