Sebelum Penulis membahas materi dari artikel kali ini, pertama-tama bahwa sebagaimana seorang Muslim tujuan (dari artikel ini) Penulis sekadar berbagi ilmu untuk mengingatkan khususnya bagi kaum Muslimin dan Muslimah, bukan bermaksud menggurui maupun memaksakan, ataupun menakut-nakuti. Sejatinya kebenaran paling hakiki itu hanya milik Allah subhanahu wa ta'ala.
Apa yang ingin Penulis bahas saat ini ialah perihal "berhijab". Hijab itu banyak macamnya dimana ada jilbab, niqab, burqa, kerudung, dan lain sebagainya, tentu hal tersebut tidaklah asing bagi kaum Muslimah. Fungsi dari aksesoris tersebut yaitu untuk menutup bagian dari aurat Wanita.Â
Sebagaimana tercantum dalam Surah An-Nur ayat 31 dan umat Muslim ketahui bahwa perintah untuk menutup aurat adalah hukumnya wajib dan sejatinya berlaku kepada baik kepada kaum Pria maupun Wanita.Â
Hanya saja kembali Penulis selalu ingatkan bahwa untuk kaum Pria memang diberikan keleluasaan terhadap aurat yang perlu ditutupi dibandingkan kaum Wanita dimana aurat hampir seluruh dari anggota tubuhnya terkecuali bagian wajah dan telapak tangan.
Berbicara soal menutup aurat atau berhijab bagi wanita Muslim, Penulis perhatikan memang bisa dikatakan menjadi suatu tantangan tersendiri. Acapkali mereka kaum Muslimah yang belum berkenan untuk menutup auratnya beralasan seperti ini, "yang penting hatinya berhijab".
Dalam penafsirannya mereka menganggap bahwa berprilaku dan memiliki hati yang baik lebih penting ketimbang menutup aurat. Nyatanya pemikiran tersebut secara jelas salah kaprah.Â
Dikarenakan menutup aurat merupakan perintah yang turun langsung dari Allah dan sebagai umatNya maka wajib hukumnya (melaksanakannya). Dalam konteks ini maka prinsip menutup aurat itu ialah salah satu bentuk dari ketaatan sebagai manusia kepada perintah Allah.Â
Hal ini serupa dengan kewajiban seorang Muslim dalam mentaati Rukun Islam. Dengan adanya "taat" maka lahirlah "keimanan", dengan adanya "iman" dalam pribadi manusia maka tercerminlah bagaimana "ahlaknya", begitulah prosedurnya.Â
Sebagaimana seringkali Penulis katakan, "hidayah itu dicari, bukan ditunggu". Harus didasari niat dan usaha terlebih dahulu, memohon dan berusaha dekat kepada Allah agar diturunkan hidayah oleh Allah kepada diri pribadi.
Penulis mengibaratkan seperti halnya jika Anda beralasan memiliki mobil dan dapat mengemudikannya dengan baik. Akan tetapi sebagai pengemudi yang baik, Anda tahu dimana diwajibkan memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagai syarat sah untuk dapat mengemudikan mobil.Â
Maka dengan kondisi demikian, selihai apapun Anda mengemudikan mobil akan tetapi Anda tidak memiliki SIM maka Anda dinilai telah melanggar (tidak taat dengan) peraturan lalu lintas yang berlaku.Â