Jika kita telusuri, berapa Sumber Daya Manusia yang terjun di dalamnya? Wah banyak sekali, dari bintang utama sampai figuran, crew hingga make up artist, dan sebagainya-sebagainya.Â
Kenapa penulis sampai tahu? Karena penulis menyaksikannya sendiri di mana kebetulan di wilayah tempat penulis tinggal menjadi tempat produksi sebuah sinetron.
Kemudian kita tidak bisa sangkal bahwa memang benar ada kalangan masyarakat yang tidak suka dengan kualitas sinetron sekarang ini, akan tetapi kita juga tidak bisa menyangkal bahwa tak sedikit masyarakat yang masih gemar menonton sinetron walau dengan kemungkinan resiko dampak buruk yang disebabkan.
Loh kok bisa penulis berkata demikian? Mungkin bagi Anda-Anda yang hidup di daerah perkotaan dipenuhi rutinitas kesibukan tiada henti menganggap bahwa sinetron merupakan barang usang layak dibuang. Tetapi untuk sebagian orang nyatanya mereka yang hidup di pedesaan atau pelosok di mana televisi masih menjadi primadona sebagai media utama untuk mereka mendapatkan informasi dan hiburan, boleh dikata sinetron menjadi program yang dinantikan setiap hari.
Apa mereka yang menggemari sinetron tidak punya kesibukan? Tidak, mereka punya kesibukan rutinas pekerjaan. Apakah mereka tidak khawatir dampak buruk dari sinetron? Ya mereka sama-sama khawatir, akan tetapi yang menjadi perbedaan mendasar ialah mereka lebih dahulu membentengi diri mereka dengan akhlak dan iman.Â
Sebagian masyarakat yang menggemari sinetron, penulis melihat mereka lebih dewasa dalam menanggapi bahwa sinetron ialah produk hiburan dan fiksi dalam apa yang terkandung di dalamnya hanya sebuah rekaan dan oleh karena itu tak terlalu dianggap serius.Â
Bahkan layaknya seperti fungsi sinetron dahulu yang mampu mempererat hubungan antar keluarga. Sedangkan penulis yang antipati terhadap sinetron malah dijauhi karena mereka justru khawatir akan dapat nasihat perihal dampak negatif sinetron. Hehehe.
Dan alasan yang terakhir ialah sebagaimana penulis pernah sampaikan pada saat menghadari acara temu antara publik dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bahwasanya tidak disanggah benar adanya peningkatan pada kekhawatiran masyarakat terhadap kualitas program sinetron yang tayang di televisi. Namun permasalahannya ialah mengganti sebuah program dengan program yang lain bukanlah proses yang mudah bagi stasiun televisi.
Kita sebagai penonton boleh saja merajuk meminta KPI memberhentikan program sinetron dan KPI menindaklanjuti agar stasiun televisi mengganti dengan program yang lain.Â
Pertanyaannya apakah ada jaminan bahwa kualitas program yang menggantikannya (sinetron) punya kualitas baik atau membawa dampak positif bagi pemirsa? Karena penulis bukan cenayang, nampaknya hal tersebut sulit untuk diterawang.