Minggu, 5 Agustus 2019, jelang siang hari sebagian wilayah Jawa dan Bali mengalami pemadaman listrik secara mendadak. Hampir secara keseluruhan aktivitas warga terhenti bukan saja disebabkan aliran listrik yang padam, tetapi juga dikarenakan distiribusi air bersih dan jaringan komunikasi yang ikutserta mati.
Penulis yang menetap di wilayah Jakarta Pusat pun mengalami kejadian "blackout" ini. Pada awalnya Penulis berpikiran bahwa aliran listrik padam hanya sesaat, namun disaat jaringan seluler smartphone ikutserta tak berfungsi, mulailah Penulis curiga bahwa ada sesuatu hal yang terjadi.
Bermodalkan jaringan wifi tetangga, Penulis pun segera mencari informasi peristiwa apa yang menyebabkan listrik padam. Dari penelusuran Penulis di media sosial bahwa terjadi masalah teknis pada jaringan PLN yang mengakibatkan distribusi aliran listrik terganggu.
Peristiwa "blackout" pada hari Minggu lalu Penulis bisa katakan fatal. Maka wajarlah selang sehari kejadian, Presiden Jokowi sidak langsung bertemu pihak PLN untuk meminta penjelasan prihal apa yang terjadi.Â
Bagaimana tidak, walau blackout tidak terjadi di hari kerja dengan "peak" tinggi namun peristiwa itu seolah mencoreng kredibilitas PLN selaku pengelola sumber daya listrik di Indonesia. PLN seperti tidak siap menghadapi peristiwa blackout dengan backup plan yang terorganisir.
Alhasil Jakarta sebagai Ibukota negara hampir bisa dibilang lumpuh, masyarakat dibuat panik kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjalankan rutinitas serta mencari tempat berlindung, jaringan komunikasi dan aktivitas bisnis terganggu, citra Ibukota Jakarta di mata dunia menjadi berkurang, dan jangan hiraukan bahwa disaat (blackout) itu keamanan negara sedang dalam kondisi rawan.
Atas kondisi di atas, bagi Penulis tidak mengagetkan bilamana ada segelintir pihak yang seolah membentuk opini guna mencari kambing hitam untuk disalahkan. Mereka pun berupaya membanding-bandingkan peristiwa blackout yang terjadi di sebagian wilayah Jawa dan Bali dengan peristiwa blackout di negeri seberang.
Gaung agar pihak yang bertanggungjawab secara "gentle" untuk mengundurkan diri pun marak terdengar, ketimbang upaya bersama-sama mencari solusi agar kiranya peristiwa blackout dapat diantisipasi di kemudian hari dengan perencanaan dan pengelolaan yang matang.
Tak ada yang perlu menjadi kambing hitam dan tak perlu cape-cape mencarinya. Bagi Penulis pribadi peristiwa "blackout" yang lalu itu ditanggapi sebagai sebuah pembelajaran bahwa anda harus terus siaga karena bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja.Â
Pada saat peristiwa blackout berlangsung, bisa kita amati betapa rentannya elemen-elemen penting kehidupan yang negeri ini miliki. Semua baik distribusi air bersih, jaringan komunikasi, aktivitas bisnis seolah lumpuh total dan semua bergantung kepada asupan listrik yang PLN kelola.Â