Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencari Kambing Hitam Pasca Listrik Padam

6 Agustus 2019   12:38 Diperbarui: 6 Agustus 2019   12:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemadaman listrik (republika)

Minggu, 5 Agustus 2019, jelang siang hari sebagian wilayah Jawa dan Bali mengalami pemadaman listrik secara mendadak. Hampir secara keseluruhan aktivitas warga terhenti bukan saja disebabkan aliran listrik yang padam, tetapi juga dikarenakan distiribusi air bersih dan jaringan komunikasi yang ikutserta mati.

Penulis yang menetap di wilayah Jakarta Pusat pun mengalami kejadian "blackout" ini. Pada awalnya Penulis berpikiran bahwa aliran listrik padam hanya sesaat, namun disaat jaringan seluler smartphone ikutserta tak berfungsi, mulailah Penulis curiga bahwa ada sesuatu hal yang terjadi.

Bermodalkan jaringan wifi tetangga, Penulis pun segera mencari informasi peristiwa apa yang menyebabkan listrik padam. Dari penelusuran Penulis di media sosial bahwa terjadi masalah teknis pada jaringan PLN yang mengakibatkan distribusi aliran listrik terganggu.

Peristiwa "blackout" pada hari Minggu lalu Penulis bisa katakan fatal. Maka wajarlah selang sehari kejadian, Presiden Jokowi sidak langsung bertemu pihak PLN untuk meminta penjelasan prihal apa yang terjadi. 

Bagaimana tidak, walau blackout tidak terjadi di hari kerja dengan "peak" tinggi namun peristiwa itu seolah mencoreng kredibilitas PLN selaku pengelola sumber daya listrik di Indonesia. PLN seperti tidak siap menghadapi peristiwa blackout dengan backup plan yang terorganisir.

Alhasil Jakarta sebagai Ibukota negara hampir bisa dibilang lumpuh, masyarakat dibuat panik kelimpungan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menjalankan rutinitas serta mencari tempat berlindung, jaringan komunikasi dan aktivitas bisnis terganggu, citra Ibukota Jakarta di mata dunia menjadi berkurang, dan jangan hiraukan bahwa disaat (blackout) itu keamanan negara sedang dalam kondisi rawan.

Atas kondisi di atas, bagi Penulis tidak mengagetkan bilamana ada segelintir pihak yang seolah membentuk opini guna mencari kambing hitam untuk disalahkan. Mereka pun berupaya membanding-bandingkan peristiwa blackout yang terjadi di sebagian wilayah Jawa dan Bali dengan peristiwa blackout di negeri seberang.

Gaung agar pihak yang bertanggungjawab secara "gentle" untuk mengundurkan diri pun marak terdengar, ketimbang upaya bersama-sama mencari solusi agar kiranya peristiwa blackout dapat diantisipasi di kemudian hari dengan perencanaan dan pengelolaan yang matang.

Tak ada yang perlu menjadi kambing hitam dan tak perlu cape-cape mencarinya. Bagi Penulis pribadi peristiwa "blackout" yang lalu itu ditanggapi sebagai sebuah pembelajaran bahwa anda harus terus siaga karena bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja. 

Pada saat peristiwa blackout berlangsung, bisa kita amati betapa rentannya elemen-elemen penting kehidupan yang negeri ini miliki. Semua baik distribusi air bersih, jaringan komunikasi, aktivitas bisnis seolah lumpuh total dan semua bergantung kepada asupan listrik yang PLN kelola. 

Upaya pemulihan (restorasi) pun terlihat sangat lamban, beberapa lokasi masih mengalami pemadaman listrik, jaringan komunikasi (khususnya data) belum berfungsi secara optimal, dan lain sebagainya dimana hal ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan ke depan. 

Mungkin saja peristiwa blackout ini menjadi pertanda bahwa negeri ini harus mulai memikirkan alternatif sumber daya listrik dari sumber energi terbarukan sebagai solusi. Sumber energi ramah lingkungan yang mampu memfasilitasi sebuah negara agar dapat berfungsi utuh berikut menunjang elemen hidup rakyatnya. 

Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun