Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengumbar Istri, Etiskah?

25 Oktober 2018   11:15 Diperbarui: 25 Oktober 2018   13:34 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja namanya Toni. Di usianya yang masih paruh baya, Toni memiliki apa pencapaian yang kebanyakan orang ingin dapatkan. Keluarga, rumah, materi berlimpah, karier cemerlang dan usahanya berkembang, tak ayal banyak yang mengatakan hampir dijamin hidup Toni bahagia dan luput dari kesusahan.

Namun takdir berkata lain tatkala ujian menghampirinya, bahtera rumah tangga yang ia bangun 1 dasawarsa lalu justru diambang kehancuran manakala ia digugat cerai oleh sang istri. Indikasi hadirnya orang ketiga menjadi biang perkara, Toni tak habis pikir mengapa istrinya sampai tega mengkhianatinya.

Dirudung kesedihan Toni pun menceritakan deritanya kepada seorang kerabat bernama Ahmad. Ahmad adalah orang kepercayaan Toni, ia sahabat kecil Toni dan orang dekat yang tahu betul kehidupan Toni seperti apa. Mendengar keluh kesah Toni, Ahmad menanggapinya dengan kalem dan mengatakan, "sudah kuduga, makanya punya istri jangan diobral!".

Ya dibalik hidup serba mapan yang Toni dan keluarganya jalani, dapat dibilang Toni dan bahkan kebanyakan pria yang telah berstatus suami lalai dalam melakukan tanggungjawabnya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sebagai seorang suami memiliki tugas untuk menafkahi dan menjaga keluarganya. Menafkahi berarti memastikan segala kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi, sedangkan menjaga didefinisikan sebagai merawat dengan baik dan melindungi keluarga dari elemen-elemen yang bersifat negatif.

Sebagai seorang yang berhasil, Toni kerap menginginan agar sang istri tampil menarik. Dari make up, perawatan, baju, tas, dan sepatu serba branded, serta pernak pernik lainnya Toni dapat sanggupi. Namun Toni  tak sadar bahwa dari ulahnya itu bahwa ia telah mempromosikan istrinya agar dinikmati oleh orang lain.

Toni ialah cerminan pria berstatus suami yang hanya mampu menafkahi keluarganya, tetapi ia kurang pandai dalam menjaga keluarga dalam kasus ini istrinya. Kemapanan dan keberhasilan membuat rasa peka dirinya (Toni) dalam kurang melindungi istrinya. Toni tak pernah berpikir panjang bahwa segala hal yang diinginkan istrinya akan berujung kepada sebuah bencana dalam rumah tangga yaitu perceraian.

Umum hal inilah yang kerap terjadi kepada para suami dimana mereka seolah membiarkan istrinya tampil menarik bahkan setengah telanjang untuk orang lain tetapi tak mengapa tampil seadanya untuk dirinya. Entah mengapa seperti ada kebanggaan ketika mereka memamerkan kecantikan dan kemolekan tubuh istri mereka kepada khalayak umum maupun publikasi di media sosial, mereka seolah tak peduli lirikan mata pria lain menggrayangi seluruh bagian tubuh sang istri. Mereka hanya berpegang teguh para status suami istri dan kemapanan tanpa khawatir bahwa ada kemungkinan direbut pria lain.

Mengobral atau memamerkan istri ke khalayak umum maupun di media sosial adalah bukan suatu tindakan yang dapat dibenarkan apapun itu alasannya. Tampil menarik untuk orang lain dan tampil seadanya untuk suami itu merupakan sesat pikir dimana seharusnya malah sebaliknya dilakukan guna menjaga hubungan harmonis dalam keluarga.

Hubungan suami istri adalah sesuatu hal yang sifatnya privasi, bukan untuk diumbar. Ketika suami mengumbar kecantikan dan kemolekan tubuh istri, maka besar kemungkinan bencana akan menghampirinya.

Istri adalah harta bagi suami maka sepatutnya suami menjaga dengan benar sang istri sebaik-baiknya. Logikanya uang saja disimpan di Bank agar aman, masa sih istri kalah derajatnya hanya dengan uang (benda mati).

Namun begitu bukan berarti istri tidak melaksanakan fungsinya, bahwa jelas istri punya kewajiban menjaga kehormatan keluarga begitupun harga dirinya. Jangan karena suami ingin istri tampil menarik langsung diiyakan, pikir dahulu mana hal yang tepat dilakukan, jangan sampai memalukan atau malah menjatuhkan derajat kaum wanita dihadapan para pria.

Untuk sebagian pihak mungkin prihal mengumbar istri ke khalayak umum maupun media sosial ini menjadi sebuah dilema, acapkali atas dasar tuntutan profesionalitas pekerjaan  (wajib tampil menarik) serta indikasi kemajuan zaman akan teknologi mengubah persepsi apa yang sewajarnya atau sepantasnya menjadi tren. Akan tetapi semua kembali kepada pada diri masing-masing untuk bagaimana pandai dan bijak dalam bersikap mana yang bermanfaat dan mana yang tidak bermanfaat lakukan serta menimbulkan masalah dikemudian hari.

Istri adalah hak bagi suaminya maka ia berkewajiban menjaganya, jangan semena-mena kau bagi-bagikan layaknya saweran. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun