Anda-anda Penulis yakini tentu pernah mendengar kalimat ini, "wanita tidak baik untuk pria tidak baik dan wanita baik-baik untuk pria baik-baik". Ya sekilas potongan kalimat tersebut merupakan sepenggal terjemahan dari Al Qur'an Surah An-Nur : 26 yang berbunyi :
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)".
Ayat dari Surah An-Nur : 26 merupakan kutipan alkisah dari sebuah peristiwa yang dialami oleh Aisyah r.a. dan Shafwan bin al-Mu'attal r.a. pasca invasi Bani Musthaliq. Dikarenakan mencari kalungnya yang hilang Aisyah r.a terpisah dari rombongannya dan kemudian ia diantarkan oleh Shafwan bin al-Mu'attal yang juga tertinggal dikarenakan suatu keperluan. Namun rombongan tetap tak tersusul, hingga sampailah mereka di Madinah.
Peristiwa ini kemudian menjadi buah bibir fitnah di kalangan Umat Muslim yang terhasut oleh golongan Yahudi dan munafik bahwa terjadi sesuatu kepada mereka berdua. Fitnah ini menyebabkan perpecahan dikalangan Umat Muslim yang pro kontra menanggapi isu tersebut. Akibat peristiwa ini Rasulullah pun berubah sikap dan menyuruh Aisyah r.a untuk bertaubat, namun Aisyah r.a menolak bertaubat karena ia tidak pernah melakukan dosa yang dituduhkan kepadanya. Aisyah hanya dapat menangis dan berdoa kepada Allah agar menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian Allah menurunkan ayat dari Surah An-Nur 11 - 26.
Singkat kata, kalimat "wanita tidak baik untuk pria tidak baik dan wanita baik-baik untuk pria baik-baik" ini acapkali dikait-kaitkan dengan ilustrasi pasangan hidup atau jodoh. Dimana pasangan baik akan hidup rukun, harmonis, dan bahagia, sedangkan pasangan yang tidak baik  maka hidupnya akan berantakan, kelam, dan penuh bencana. Alhasil ini menjadi sebuah pertanyaan, benarkah demikian adanya?
Kembali bahwa artikel ini bukan menelisik apa yang dikemukakan dalam ayat Surah An-Nur dan seperti apa yang sudah dijabarkan, karena sejatinya apa yang ada dalam Al Qur'an adalah petunjuk dan kebenaran.
Konteks yang ingin Penulis bahas ialah pasangan hidup atau jodoh dalam poin kalimat diatas. Kenapa hal ini menjadi menarik lebih dikarenakan tak sedikit pihak apabila dinasihati oleh kalimat ini justru mereka meragukannya. Mereka menanggapi apabila jodoh, umur, dan rezeki adalah perkara Allah yang mengatur maka bilamana pasangan baik dan tidak baik sudah menjadi ketentuan maka manusia hanya bisa menerimanya.
Maka hal tersebut menjadikan kembali sebuah pertanyaan Penulis utarakan apakah bilamana jodoh sudah ditentukan oleh Allah, apakah ketika mendapatkan pasangan baik maupun tidak baik maka manusia hanya akan berdiam diri? Begitupun dengan hadirnya jodoh, apakah manusia hanya akan berdiam diri tidak berusaha dan cuma berharap jodoh datang dengan sendirinya? Tentu tidak bisa demikian caranya bukan, kebahagiaan datang karena ada usaha.
Ada atau tiadanya jodoh dalam hidup manusia pada hakikatnya manusia tetap harus berusaha, begitupun dalam hal mencari pasangan yang baik. Tentunya pertanyaannya adalah kenapa harus baik? Maka jawabannya simple, apa iya ada manusia yang menginginkan mendapatkan pasangan hidup/jodoh yang tidak baik/buruk?
Lantas pertanyaan berikutnya, "bagaimana cara untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik"? Kiranya ada beberapa cara untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik, diantaranya :
1. Mau dapat pasangan baik maka hal yang utama adalah pribadi harus terlebih dahulu baik, bukan berpura-pura baik loh. Logikanya jikalau anda menginginkan buah Manggis tetapi yang anda tanam malah buah Salak, tentu ibarat anda bermimpi di siang bolong.
2. Mau dapat pasangan baik maka berkumpul atau bergaul dengan manusia-manusia yang baik, syarat dan kondisi ini adalah wajib. Ibarat bersahabat dengan pedagang minyak wangi yang membawa manfaat dan pandai besi yang malah membawa musibah, memilih dan memilah mana-mana saja manusia yang baik maka niscaya akan mengarahkan anda kepada pasangan hidup/jodoh yang baik.
3. Mau dapat pasangan baik maka carilah di tempat yang baik. Ya hal ini sudah mutlak karena manusia-manusia baik hanya berada di tempat-tempat yang baik. Logikanya seperti ini, buanglah sampah pada tempatnya. Anda tidak akan menemukan pasangan hidup yang baik di bak sampah, konteks dalam hal ini penting sebagai manusia berpikir (menggunakan akalnya) ketika mencari jodoh. Ketika seseorang tidak berpikir dengan baik dan terlena oleh hawa nafsunya maka yang ia sama saja menghadirkan bencana bagi dirinya.
4. Dan ketika anda mendapatkan pasangan yang baik maka yang anda bisa lakukan adalah mempertahankan dan memperbanyak kebaikan. Ya sejatinya anda tidak boleh pasrah hanya berdiam diri maupun merasa berpuas diri dengan keadaan. Ketika anda mendapatkan pasangan hidup yang baik hanya berdiam diri maka anda akan rugi. Pertahankan dan tingkatkan (kualitas pribadi) dengan kebaikan-kebaikan yang anda sudah usahakan dan perbanyak serta tularkan kebaikan-kebaikan kepada yang lain. Dengan begitu keluarga anda akan terjaga karena anda akan dikelilingi oleh kebaikan dan manfaat dari apa yang anda tanam dimana terus-menerus berbuah.
Terakhir, mungkin ada yang bertanya-tanya seperti apa sih pasangan hidup yang baik itu? Memang prihal pasangan hidup yang baik ini terasa ambigu dimana masing-masing individu punya pandangan berbeda dalam menilainya.
Mengacu pada hal tersebut maka Penulis akan menggunakan persepsi lain yaitu "wanita tidak baik untuk pria tidak baik". Tak sedikit peristiwa yang kita amati dalam kehidupan menggambarkan fakta yang ada mengenainya, sebagai contoh para koruptor yang mengikutsertakan anggota keluarganya, suami istri terlibat tindak kriminal, dan hal-hal buruk lainnya yang berkaitan dalam keluarga.Â
Mereka-mereka bukan menghadirkan kebahagian, justru malah menciptakan kesusahan bagi hidupnya dengan menciptakan bencana dan mereka terima akibatnya.
Secara kesimpulan bahwa jelas bencana hadir dari hal-hal yang tidak baik dan salah satunya hadir disebabkan oleh pasangan hidup yang tidak baik. Jika kita menafsirkan kata bahagia maka kita akan menemukan bahwa bahagia ialah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan), maka sudah jelas hal tersebut dapat direalisasikan dengan cara mendapatkan pasangan hidup yang baik. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H