Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Membentuk Pribadi Anak yang Saleh

6 Juni 2018   14:47 Diperbarui: 6 Juni 2018   14:58 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: ummi-online.com)

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)

Masih berkenaan dengan momentum bulan suci Ramadhan kali ini izinkan Penulis untuk membawakan berikut membahas materi keagamaan dalam tajuk keluarga.

Sebagaimana tertulis pada HR. Muslim no. 1631, bahwa salah satu dari tiga perkara yang tidak akan terputusnya amalan ketika manusia meninggal ialah doa dari anak yang saleh. Hal ini menurut Penulis sangatlah menarik dikarenakan bagaimana Allah menempatkan betapa istimewanya anak sebagai pendulang pahala bagi orangtua yang telah tiada dengan cara mendoakannya. Anak yang saleh diibaratkan sebagai investasi jangka panjang dimana ia akan manfaat bagi orangtuanya, keluarganya, maupun orang lain disekitarnya.

Namun tahukah bahwa dibalik doa dari anak yang saleh sebenarnya terkandung pertanyaan besar yaitu bagaimana membentuk pribadi anak yang saleh? Ini tentu akan menjadi persoalan karena tanpa kehendak Allah maka mustahil seorang anak ujuk-ujuk terlahir ke dunia dalam keadaan saleh. Mereka (anak) mengalami proses seiring pertumbuhannya menuju dewasa, mereka butuh pemandu dalam kerasnya realita kehidupan, mereka perlu dididik agar bermanfaat, mereka membutuhkan kasih sayang dan peran dari orangtuanya.

Lantas apa-apa saja yang perlu dilakukan untuk membentuk pribadi anak yang saleh?

1. Anak saleh dan salehah perlu dibina dengan pendidikan agama. Bukan les privat, les bahasa asing, macam kegiatan ekstrakulikuler, dan lain semacamnya.

Pendidikan agama secara meyakinkan dapat membentuk pribadi anak yang baik, patuh dan berbakti kepada orangtuanya, gemar beribadah, dekat dengan Allah Swt,  taat kepada hukum dan peraturan, saling menghormati dan menghargai sesama, sikap peduli yang tinggi untuk saling tolong menolong, dan banyak lagi manfaat lainnya.

Sekarang pertanyaannya apa mungkin ada orangtua yang tidak menginginkan anaknya memiliki kepribadian seperti yang dijabarkan sebelumnya? Bukankah hal-hal tersebut (memiliki anak saleh dan salehah) menjadi sesuatu kebanggaan bagi orangtua dalam hidupnya, begitupun kebanggaan orangtua ketika kelak berhadapan dengan sang Khalik.

2. Anak saleh dan salehah terbentuk dari orangtua-nya yang saleh. Jadi enggak bisa tuh ujuk-ujuk si anak saleh dan salehah tanpa dibarengi orangtuanya saleh dan juga salehah. Orangtua baik Ayah dan Ibu harus turun gunung ikut berperan menjadi role model untuk membentuk karakter kepribadian anak dikarenakan pendidikan internal yaitu keluarga adalah pondasi dari ihwal keimanan anak.
Bagaimana orangtua yang saleh dan salehah memberikan contoh menjadi pribadi yang baik dan manfaat kepada anak. Bagaimana orangtua memberikan pendidikan agama kepada anak, bagaimana orangtua senantiasa memberikan kasih sayang kepada anak, bagaimana hubungan orangtua dengan Allah dan mencontohkannya kepada anak, serta langkah-langkah support lainnya yang menjadikan anak paham akan jasa-jasa yang orangtuanya lakukan ialah untuk membentuk dirinya menjadi anak yang saleh dan salehah.

3. Menjaga anak dalam hal pergaulan. Kerap kali faktor kesibukan orangtua sehari-hari menjadikan orangtua lalai dalam memantau seperti apa lingkup pergaulan anaknya. Dengan menganggap anak sudah besar, sudah beranjak dewasa, dan mampu menjaga dirinya, ataupun mempercayakan si mbok (pembantu) untuk menjaga anak, hingga menganggap nominal uang mampu menggantikan kasih sayang, membuat orangtua lupa untuk mengawasi pergaulan anak.

Mengacu pada permasalahan ini seharusnya orangtua membuat semacam perbandingan berapa lama quality time yang dihabiskan untuk anak dan berapa lama waktu yang dihabiskan untuk kesibukannya. Apabila lama quality time bagi anak minim ketimbang waktu yang dihabiskan orangtua dalam kesibukannya maka niscaya orangtua takkan mengenal karakter kepribadian yang ada pada diri anaknya.

Secara logika ketika faktor eksternal lebih dominan dibanding faktor internal maka membuat prilaku anak condong memilih teman-teman pergaulannya ketimbang dekat bersama orangtuanya, rumah tak lagi menjadi hunian yang memberikan kenyamanan, kehangatan, maupun kasih sayang disebabkan anak dapat mencarinya diluar.

Oleh karena itu penting bagi orangtua menjaga dan mengawasi pergaulan anaknya, jika anda menginginkan anak saleh dan salehan maka tuntunlah mereka untuk berbaur dimana lokasi pribadi-pribadi saleh dan salehah berada.

Ada kalimat menyatakan bahwa "kasih orangtua sepanjang masa". Kalimat tersebut bukan sekadar memberikan pandangan bahwa sebagai orangtua wajib terus menerus memberikan yang terbaik untuk anaknya, akan tetapi ada pandangan lain dimana tersirat sebagai anak perlu juga ketahui bahwa betapa besar jasa orangtua kepadanya.

Memiliki anak yang saleh maupun menjadi pribadi anak yang saleh bukanlah suatu hal yang merugikan, karena jika anda pahami makna yang terkandung didalamnya maka anda akan tahu dan rasakan manfaatnya secara langsung. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun