Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jurang Nestapa Si Pelakor

3 Mei 2018   18:56 Diperbarui: 3 Mei 2018   19:15 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Voxpop.id

Diadaptasi dari kisah nyata. Sebutlah namanya Melati, janda dengan satu anak ini harus berjuang susah payah sehari-harinya untuk menghidupi keluarganya. Ia tak menduga kehidupan bahagianya akan berubah seketika tatkala suami tercinta yang sedang mencapai puncak kesuksesan terjerembab oleh rayuan daun muda. 

Luluh akan godaan, sang suami pun memutuskan menceraikannya. Nafkah yang rutin diberikan untuk sang anak lambat laun terhenti karena (mantan) suaminya kini hidup bersama keluarga barunya.

Sekilas kisah diatas bukanlah kisah lebay layaknya sinetron di televisi tetapi merupakan gambaran bagian kecil dari kehidupan yang mungkin tidak asing kita temui. Seringkali kejadian seperti ini tertuju kepada sosok daun muda yang menjadi kambing hitam atau pelakor (perebut laki orang). Namun kurang pandainya pria dalam menjaga diri dalam kasus ini si suami perlu juga kita bersama cermati.

Tentu tidak seorang pun mereka yang berkeluarga ingin rumah tangganya berakhir pada perceraian, terlebih bercerai karena pasangannya direbut oleh orang lain. Akan tetapi ada hal mendasar yang kiranya membedakan dampak dari kasus suami direbut pelakor yaitu imbas kepada keluarga yang ditinggalkan. Seperti apa yang Melati hadapi, suami yang semula menjadi tumpuan hidup kini beralih kepada dirinya.

Memang dalam kasus serupa ada mereka-mereka (wanita dengan status janda) yang memiliki kemampanan dan mampu menghidupi keluarga pasca suami lari bersama pelakor, akan tetapi mungkin hanya sebagian kecil yang memiliki kemampuan tersebut.

Sedangkan mereka-mereka yang ditinggal dengan hidup penuh ketidakpastian acapkali harus jatuh bangun dalam realita. Himpitan ekonomi guna menghidupi keluarga tak sedikit yang menghantarkan mereka ke jurang nestapa. Konotasi buruk (kaum wanita umum menjadi subjek dalam permasalahan rumah  tangga, sekalipun yang salah adalah pria/suami) diingkup sosial bahkan keluarga sendiri mau tidak mau mereka sandang walau bukan mereka penyebabnya, beban harus mereka pikul karena tak ada seorang pun yang peduli.

Poin yang bisa ambil dari kejadian yang Melati alami ini ialah betapa besar dampak yang diciptakan oleh pelakor. Pelakor bukan hanya menggerayangi suami orang layaknya benalu, pelakor bukan hanya merusak rumah tangga orang, tetapi pelakor juga dapat menghancurkan kehidupan keluarga yang dihinggapinya.

Mungkin ada yang beranggapan toh mengapa  Melati tidak mencari suami lagi? Kita bisa saja berkata demikian karena kita tidak dalam posisinya dan kita tidak merasakan derita yang Melati hadapi. Mencari pasangan hidup yang baru bisa jadi perkara mudah, akan tetapi menjadi seorang janda berikut anak tentu tak semudah membalikkan telapak tangan membuat keputusan. Begitu banyak pertimbangan karena hal ini bukan menyangkut hidup pribadi, akan tetapi bagaimana nasib sang anak nantinya.

Apa yang Melati hadapi mungkin bisa dijadikan pembelajaran bagi kaum pria khususnya mereka-mereka yang telah beristri bahwasanya betapa krusial peran suami terhadap masa depan keluarga.

Oleh karena itu jagalah diri anda dan keluarga dengan baik, sayangi dan setia kepada pasangan, serta jangan biarkan diri anda mudah tergoda. Ingat bahwa taraf kesuksesan seorang pria bukan pada apa yang ia capai (jabatan maupun kekayaan), melainkan mampu tidaknya ia mempertahankan keluarganya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun