Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelakor dan Pebinor dalam Persepsi Berumah Tangga

1 Maret 2018   07:51 Diperbarui: 1 Maret 2018   08:50 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seringkali kita mendengar kalimat pepatah "mempertahankan jauh lebih susah ketimbang mendapatkannya", sebuah kalimat yang umum digunakan dalam mengekspresikan bahwasanya  mempertahankan sesuatu pencapaian tidaklah mudah dibandingkan usaha ketika mendapatkannya. Kalimat dimana erat kaitannya dengan kompetisi dimana ketika seseorang meraih prestasi maka ia tertantang untuk mempertahankan prestasinya tersebut agar tidak direbut orang lain. Dan tahukah kalian bahwa kalimat pepatah ini dapat pula digunakan menanggapi fenomena maraknya Pelakor (Perebut Laki Orang) dan Pebinor (Perebut Bini Orang), loh kok bagaimana ceritanya?

Hal awal yang perlu kita bersama telaah adalah siapakah yang dimaksud dengan Pelakor dan Pebinor ini? Jika kita telusuri bahwa kedua elemen tersebut merupakan materi asing yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan internal keluarga dalam konteks hubungan suami istri. Apakah ia seorang mantan kekasih, apakah ia rekan sekantor, apakah ia seorang kerabat, mau apapun itu latar belakangnya dan darimana kemunculannya bahwasanya Pelakor dan Pebinor bukanlah siapa-siapa.

Pertanyaan selanjutnya ialah, lalu bagaimana mereka dapat masuk dan merusak rumah tangga seseorang? Disini letak tanda tanya yang seringkali orang-orang lupakan dimana selalu mempersepsikan baik Pelakor dan Pebinor merupakan sosok utama yang patut di kambing hitamkan. Perlu kita garis bawahi bahwa "kebahagiaan tidak lahir dari masalah", begitupun dengan hadirnya Pelakor dan Pebinor yang tidak akan bertransformasi menjadi ancaman bilamana tidak ada celah (masalah) dalam internal keluarga.

Sebagaimana kita ketahui bahwa berkeluarga merupakan sebuah pencapaian hidup seseorang. Dan tahukah anda seberapa lamanya anda berpacaran, seberapa intim chemistry anda kepada pasangan, seberapa mewah pesta pernikahan anda sekalipun, tidak menjadi jaminan berkeluarga mustahil tidak dirudung oleh masalah.

Orang tua dahulu mengatakan "berumahtangga ibarat makanan", makanan akan hambar bilamana tak diberi bumbu namun makanan kebanyakan bumbu akan membuat makanan tidak akan mengenakkan. Ketika seseorang menjajaki kehidupan berumahtangga maka ia telah masuk ke tahap selanjutnya dimana tantangan hidup sebenarnya, berkeluarga bukanlah persoalan bagaimana hidup bersama melainkan pula bagaimana seseorang menjaga keharmonisan didalamnya atau upaya pribadi dalam mempertahankan prestasi. 

Ketika keharmonisan dalam keluarga tersebut luntur maka disitulah muncul celah, salah satunya hadirnya godaan-godaan dari luar yang dapat mengancam keberlangsungan hidup dari sebuah rumah tangga.

Dalam lingkup perkawinan bahwa ada kalimat yang mengatakan "5 tahun pertama penikahan merupakan masa yang sulit". Mungkin anda ada yang berpikiran, bagaimana mungkin bukannya di masa itu pasangan sedang berbunga-bunga menjalin hubungan? Faktanya tidaklah demikian adanya, ketika masuk ranah berkeluarga maka fase awal ini menjadi momentum krusial keberlangsungan hidup berkeluarga kedepannya. 

Fase dimana seseorang akan dihadapkan oleh realita (fakta) baik bagaimana kualitas pasangan hidupnya dan realita hidup berumahtangga sesungguhnya. Anda bisa bayangkan bagaimana gambaran seseorang yang bertahun-tahun hidup menghidupi dirinya sendiri dan ketika masuk fase berumahtangga maka ia harus bersama-sama memikirkan nasib keluarganya. Tentu hal tersebut tidaklah gampang layaknya membalikkan telapak tangan. Konflik bisa saja terjadi antar pasangan, ada yang mampu bertahan namun banyak pula berujung perceraian.

Ketika pasangan berhasil melalui fase awal maka janganlah anda bersenang dahulu karena di tahun-tahun berikutnya tantangan akan bertambah berat. Fase selanjutnya merupakan fase dimana keluarga wajib meningkatkan kewaspadaan karena mungkin saja Pelakor dan Pebinor hadir mengancam keberlangsungan rumah tangga. Di fase lebih dari 5 tahun pernikahan, umumnya baik suami dan istri masing-masing mempunyai peran yang sudah terkoordinasi, suami fokus sebagai kepala keluarga dan istri fokus sebagai kepala rumah tangga. 

Namun rutinitas tersebut juga memiliki konsekuensi, dimana kesibukan masing-masing memungkinkan timbulkan kurangnya perhatian diantara suami istri sehingga menyebabkan kejenuhan (bosan). Alhasil akibat perhatian yang kurang maka pribadi memperkenankan diri atau membuka diri kepada orang lain memberikan perhatian maupun mencari perhatian di luar sana sehingga terjadilah istilah "perselingkuhan". Hal inilah yang dapat membuat pribadi kehilangan istri ataupun suami karena direbut orang lain.

Apa yang Penulis ingin kemukakan dari apa yang telah dijabarkan diatas bahwasanya "semakin besar pencapaian seseorang maka akan semakin besar godaannya". Fenomena Pelakor dan Pebinor merupakan satu diantara sebagian kecil godaaan yang mungkin pribadi temui ketika hidup berumahtangga. Tetapi konsen disini ialah bagaimana agar pribadi tidak tergoda, bagaimana tekad sebagai pribadi mempertahankan rumah tangga dan bukan malah menghancurkannya. 

Ingatlah bahwa kebahagiaan tidak lahir dari masalah dan ketahuilah pula kebahagiaan tidak akan hadir dengan cara merebut laki maupun bini orang. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun