Transportasi massal yang nyaman, aman, murah, dan ramah lingkungan seolah menjadi impian yang warga Ibukota Jakarta dambakan selama ini. Prihal transportasi massal di Jakarta memang tidak lepas dari problematika kemacetan yang tak kunjung usai ditopang oleh faktor-faktor teknis dan non teknis didalamnya. Oleh karena itu perlu hadirnya solusi baru untuk meminimalisir tingkat kepadatan kendaraan bermotor di jalanan, salah satunya yaitu dengan lahirnya alternatif transportasi massal berupa Mass Rapid Transit (MRT).
MRT merupakan sistem transportasi yang memanfaatkan moda kereta listrik pada lajurnya dan dapat menampung banyak penumpang, beberapa negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia telah lebih dahulu menerapkan sistem ini sebagai pilar transportasi umum bagi publik.Â
Proyek MRT sebenarnya telah dipikirkan sejak jauh-jauh hari pada tahun 1980 menindaklanjuti pesatnya perkembangan pembangunan di Jakarta, namun dikarenakan suatu sebab maka projek ini molor dan baru terealisasikan sekarang (masih dalam proses) dibawah naungan PT MRT Jakarta.
Bertempat di Bakoel Koffie, Menteng (28/11/2017) dalam acara Forum Jurnalis/Blogger PT MRT Jakarta yang turut dihadiri oleh jajaran direksi sebagai para narasumber antara lain Bpk. William Sabandar (Direktur Utama), Bpk. Agung Wicaksono (Direktur Operasi dan Pemeliharaan), dan Ibu Silvia Halim (Direktur Konstruksi), dalam acara ini kami mendapatkan informasi mengenai progress proyek MRT yang masyarakat perlu ketahui. Acara didahului oleh presentasi dari pihak PT MRT Jakarta dan kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh para tamu undangan kepada narasumber.
Berdasarkan pemaparan presentasi progress kontruksi proyek MRT sampai tanggal 28 November 2017 secara keseluruhan telah mencapai 86.12 persen dimana kontruksi Depo dan Stasiun Lebak Bulus mencapai 78,37 persen, sedangkan kontruksi Stasiun Senayan mencapai 93,95 persen. Pihak PT MRT dalam hal ini menjelaskan bahwa mereka berupaya sebisa mungkin agar proyek MRT dapat terlaksana sesuai jadwal dan beroperasi sepenuhnya di triwulan pertama tahun 2019 mendatang.
Prihal operasional MRT, pihak MRT menjabarkan bahwa kebutuhan SDM guna operasional MRT sebesar 381 personel, dimana dibagi menjadi 2 divisi yaitu Railway Operation Division dan Railway Maintenance Division.Â
Dari total 381 personel yang dibutuhkan, 101 personel sudah dipersiapkan oleh PT MRT dan sisanya sebesar 280 personel akan didapat melalui proses recruitment secara bertahap (160.000 pelamar, disaring menjadi 6000) sesuai klasifikasi dan keahlian personal yang dibutuhkan dalam operasional MRT. Untuk bagian Train Driver Trainee, sebagai personel yang bertugas mengoperasikan MRT maka akan terlebih dahulu mendapatkan pelatihan test drive pada operasional MRT di Malaysia.
Progress untuk Rolling Stock, pihak MRT menjabarkan bahwa 1 dari 2 rangkaian kereta MRT yang dioperasikan terdiri masing-masing dari 6 gerbong (maksimal panjang rangkaian dapat ditampung pada stasiun sebanyak 8 gerbong) dimana kapasitas penumpang pada kedua sisi gerbong akan sedikit berkurang sebesar 45 orang (dikarenakan ada space untuk masinis) ketimbang masing-masing 4 gerbong utama sebesar 54 orang dalam kondisi (penumpang) duduk saja, sedangkan dalam kondisi penuh terisi (penumpang duduk dan berdiri) seluruh rangkaian dapat menampung 900 orang dan kapasitas maksimum sebesar 1950 penumpang apabila rangkaian kereta MRT dalam kondisi padat terisi.
Guna mengakomodir sisi kenyamanan bagi  para penumpang transportasi MRT, interior pada rangkaian gerbong MRT akan dilengkapi dengan fasilitas AC, Hand Rail, Priority Seat bagi Ibu hamil, dan Wheel Chair Space bagi penumpang disabilitas, serta CCTV Monitor pada kabin masinis untuk memonitor penumpang dan keseluruhan operasional di dalam MRT. Kemudian tidak lupa juga mengenai stasiun sebagai tempat menampung pengguna transportasi MRT, dikarenakan hal itu sisi kenyamanan stasiun akan diselaraskan dengan gambaran akan bagaimana situasi kondisi stasiun MRT di Singapura.
Sekilas mengenai perkembangan proyek MRT diatas tentunya menjadi kabar menggembirakan, sekiranya keinginan akan hadirnya transportasi umum massal nyaman, aman, murah, dan ramah lingkungan sudah didepan mata. Tentu kedepannya penantian lama ini perlu pula dibarengi perhatian dan kepedulian masyarakat umum sebagai pengguna MRT untuk dapat merawat fasilitas yang tersedia.Â
Transportasi MRT ini pun diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke transportasi umum sehingga permasalahan kemacetan di Ibukota Jakarta dapat berkurang.
Masih menyangkut transportasi MRT, dari sesi tanya jawab yang berlangsung sekiranya ada 2 hal poin yang menjadi bagian dari pertanyaan Penulis yang perlu diperhatikan yaitu mengenai faktor keamanan dan tarif.
Hal pertama menyangkut keamanan dan keselamatan. Sisi keamanan dan keselamatan merupakan aspek penting dalam menunjang transportasi umum salah satunya agar memberikan kenyamanan kepada penumpang sebagai pengguna. Seperti kita bersama ketahui bahwa tingkat kejahatan pada transportasi umum (semisal pelecehan seksual kepada kaum wanita, pencopetan, dll) cukup tinggi di Jakarta. Kemudian aspek keselamatan ditelaah dari sering terjadinya kecelakaan pada transportasi umum, walau transportasi MRT merupakan jenis yang berbeda akan tetapi tidak membuat hal ini terhindar untuk dikaji lebih matang.
Personel berikut prosedural keamanan dan keselamatan yang memadai, aspek pengawasan berupa kamera keamanan baik di stasiun maupun dalam gerbong, dan gerbong khusus bagi kaum wanita merupakan bagian penunjang yang perlu kiranya diperhatikan. Sayangnya ditinjau dari respon narasumber, walau hal ini merupakan konsentrasi utama mereka namun jawaban mereka dapat dikatakan gamang.Â
Baik narasumber menjelaskan bahwa aspek keamanan dan keselamatan merupakan tanggungjawab dari pengguna MRT kedepannya sebagai bentuk kesadaran diri pribadi dan hal yang perlu dibudayakan, sehingga rasa aman dan nyaman dapat tercipta dengan sendirinya.Â
Kemungkinan besar prihal aspek keamanan dan keselamatan masih belum dibahas mendalam mengingat penyelesaian target kontruksi merupakan prioritas utama PT MRT Jakarta saat ini, semoga prihal keamanan dan keamanan akan dibahas di kesempatan berikutnya karena disini Penulis mengingatkan bahwa PT MRT juga berperan sebagai penanggungjawab fasilitas.
Hal kedua yaitu mengenai tarif. Menyangkut tarif ini sangat menarik untuk disimak, seperti penjelasan narasumber bahwa proyeksi akan besaran penumpang potensial transportasi MRT diperkirakan mencapai 173.000 orang dan dikesinambungkan dengan besaran nilai investasi yang dikeluarkan untuk proyek transportasi MRT maka kisaran perhitungan awal nilai ekonomis yang akan dikenakan kepada penumpangnya adalah Rp.17.000 s.d Rp.20.000,-
Jika diperhatikan perhitungan nilai ekonomis tersebut relatif besar dipandang dari persepsi pengguna, namun masyarakat jangan dahulu khawatir karena nilai ekonomis masihlah perhitungan kotor. Nilai tersebut akan di revisi sesuai situasi kondisi maupun faktor pendukung untuk mendapatkan nilai ekonomis yang sebenarnya atau dapat diterima baik oleh masyarakat, seperti apa bentuknya?
Keterkaitan tarif ini salah satunya tidak lepas dari berapa nantinya besaran subsidi yang Pemerintah Daerah DKI Jakarta akan alokasikan. Faktor ini menjadi penentu sebagaimana PT MRT juga wajib menggelontorkan biaya agar operasionalnya dapat berjalan sepenuhnya. Jika nilai subsidi dipandang relevan maka tentunya akan dapat menekan besaran tarif yang dikenakan kepada pengguna transportasi MRT di kemudian hari.
Kemudian prihal kebijakan yang seperti apa wujud dan dampaknya oleh Pemda DKI Jakarta untuk mendukung masyarakat agar senantiasa menggunakan transportasi MRT. Aspek kebijakan menjadi krusial terkait masih tingginya penggunaan kendaraan pribadi, kebijakan Pemda DKI Jakarta seperti perlakuan khusus pada jalur-jalur yang dilalui transportasi MRT, apakah pembatasan kendaraan pribadi, akses antar transportasi umum guna menunjang lalu lalang penumpang, dan lain sebagainya dapat mempengaruhi kepada berapa nilai ekonomis tarif yang akan diterapkan nantinya.
Secara garis besar, transportasi MRT dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh besarnya antusiasme masyarakat terhadap transportasi ini kelak serta tindak tanduk pemerintah daerah secara berkesinambungan. Jika kesemua aspek dapat besinergi maka hal tersebut dapat memungkinkan sebuah transportasi umum yang murah, aman, nyaman, dan ramah lingkungan. Semoga saja hal ini menjadi perhatian Pemda DKI Jakarta bahwa ada pekerjaan rumah berikutnya yang menanti mereka. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H