Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pasang PP Bagus tetapi Tetap Tidak Laku-laku

2 Maret 2017   07:09 Diperbarui: 2 Maret 2017   08:17 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ragam medsos kini membanjiri gadget, ada Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan banyak lagi lainnya. Masing-masing memiliki keunikan sehingga tidak jarang seseorang memiliki lebih dari satu akun. Medsos selain berfungsi sebagai jejaring sosial kini pun penggunaanya lebih berkembang, ada yang menggunakannya sebagai referensi informasi, ajang promosi, berjualan, bahkan mencari pasangan hidup a.k.a jodoh.

Fitur umum yang dimiliki medsos adalah Photo Profile dimana si pemilik akun dengan leluasa dapat menggunakan sumber gambar pribadi maupun dari luar untuk dijadikan pengenal disandingkan dengan nama atau nickname si pengguna. Tidak jarang pemilik akun baik kaum adam maupun hawa menampilkan PP semenarik mungkin dengan maksud motivasi masing-masing, tak dipungkiri juga ada yang berbuat sedemikian rupa berharap siapa tahu saja jodoh menghampiri.

Secara logika PP dengan tautan gambar yang dibuat semenarik mungkin tidak hanya sekedar menunjukkan kesan kepercayaan diri yang tinggi tetapi dapat pula menimbulkan rasa keingintahuan orang yang melihatnya, terlebih jika PP dipasang dengan foto pria maupun wanita berparas rupawan tentu saja siapa (lawan jenis) yang tidak akan tergoda. Wajah merupakan aset utama yang dimiliki setiap manusia dan setiap orang cenderung mengutamakan wajah ketika memilih pasangan sebelum kriteria penunjang lainnya semisal fisik, intelektual, sikap, sifat, dan lain-lain sebagainya.

Dapat dikatakan memiliki wajah rupawan merupakan anugerah dan berkah Yang Maha Kuasa yang diperoleh manusia, kemudian memiliki wajah rupawan memungkinkan peluang untuk mendapatkan pasangan. Akan tetapi benarkah demikian adanya, tidak jarang kita menemukan orang-orang yang berparas rupawan belum menemukan jodohnya hingga kini.

Disinilah kesalahan penafsiran terjadi, banyak pribadi terutama generasi modern sekarang yang salah kaprah dalam menilai bahwa kehidupan nyata dengan dunia maya adalah suatu kesatuan yang sama. Padahal interaksi di dunia nyata dengan maya sangatlah berbeda, apa yang ditampilkan seseorang di medsos atau dunia maya umum bukanlah 100% jati diri sebenarnya. Mengapa demikian?

Dikarenakan di dunia maya seseorang dapat menjadi siapa pun yang ia mau, sebagai gambaran kalau Penulis menggunakan foto tampan aktor Chris Evans sebagai PP tentu tidak ada yang melarang dan bagi orang lain yang belum pernah berinteraksi langsung mungkin saja menganggap Penulis memiliki ketampanan yang menyerupai tetapi sayangnya tidak. Niat memasang PP rupawan guna menggaet lawan jenis, saat bertemu langsung yang ada hanya kekecewaan malah kena tampar. Umum dunia maya cenderung berisikan kebohongan dalam pengertian seseorang lebih menonjolkan sisi lebihnya ketimbang kekekurangan yang dimilikinya, sesuatu yang dapat dipahami karena orang lain pun terlebih bagi mereka yang mencari pasangan tentu tidak akan menyukai maupun menghindar dengan pribadi yang condong kepada kekurangan.

Alhasil kebohongan mengundang petaka. Banyak sekali bencana yang dihasilkan dari penyalahgunaan atau tidak cakapnya seseorang dalam bermedsos. Menampilkan PP semenarik mungkin dapat menambah daya tarik, tetapi juga dapat mengundang masalah diluar perkiraan. Acapkali seseorang atau pengguna yang berusaha membuai orang lain justru malah menjadi korban karena ketidak hati-hatian, mereka terlalu gegabah maupun mudah terperdaya dengan apa yang dilihatnya pada dunia maya.

Kembali kepada pokok pembahasan, pengaruh PP pada peluang mendapatkan pasangan persentasenya sangatlah kecil. Pada lingkup dunia maya, tidak bisa dipungkiri seseorang yang lebih mengutamakan tampang rupawan lawan jenisnya tidak memiliki komitmen dalam menjalin hubungan maupun keseriusan ke jenjang selanjutnya. Sekedar keingintahuan maupun menganggapnya sebagai permainan, sebagai catatan "pria ganteng bagi wanita adalah suatu hal yang bisa dibanggakan, wanita cantik bagi pria adalah peluang untuk menambah yang lainnya".

Lalu apa yang anda harus lakukan agar segera mendapatkan pasangan? Mulailah dengan menjalani hidup dunia nyata dengan menjadi diri pribadi anda apa adanya, konteks penilaian seseorang dalam mencari pasangan tidak hanya kepada kelebihan semata tetapi juga harus mampu menerima kekurangan yang ada. Sebuah konsekuensi sebagaimana hidup ada suka dan duka, tidak mungkin seseorang hanya ingin menjalani hidup dengan sukanya saja tetapi tidak dukanya.

Kemudian jangan menjadikan medsos dunia nyata karena lambat laun anda akan terjerumus kedalamnya yang menjadikan minimnya motivasi hidup, salah satunya keengganan untuk menikah. Realita kehidupan yang anda lihat akan menikah dan berumahtangga terlalu berat sehingga dunia maya menjadi bentuk pelarian dimana anda begitu nyaman dan terbuai akan kebohongan yang ada. Cukup jadikan medsos sebagai fasilitator media komunikasi antar kerabat dan hindari apabila anda telah menjalin hubungan dengan seseorang di dunia nyata.

Sebagai pengakhir, diluar konteks diatas memang ada pula orang yang menggunakan cara sebaliknya seperti menampilkan PP tidak menarik (padahal dirinya menarik) sebagai upaya preventif, protektif, dan krisis percaya diri namun kembali di dunia maya semua keputusan ada ujung jari anda. Ada pula yang berusaha guna memberikan efek kejutan, tetapi kembali lagi mencari pasangan adalah prihal kejujuran. Jadilah diri anda sendiri dan jangan terus-menerus mengumbar kebohongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun