Ayah : Jono, kemari dan duduklah nak disebelah Ayah. Ada yang ingin Ayah bicarakan kepadamu.
Jono : Prihal apa Ayah?
Ayah : Prihal calon istrimu.
Jono : Kenapa dengan calon istriku Ayah?
Ayah : Jono, apakah kamu yakin dengan calon istrimu itu?
Jono : Tentu saja Ayah, kami berdua saling mencintai.
Ayah : Jono, kamu itu masih terlalu muda. Masih rentan dibutakan oleh kata cinta.
Jono : Justru karena itulah saya berkeputusan menikah dengan calon istriku Victoria, saya ingin lebih paham mengenai apa arti cinta sebenarnya dengan berkeluarga.
Ayah : Jono tahu apa kamu tentang cinta. Ayahmu ini jauh lebih berpengalaman, sampai akhir hayat Ibumu Ayah tetap setia bersamanya.
Jono : Saya bisa belajar, Ayah. Kenapa Ayah merasa ragu dengan Jono?
Ayah : Ayah tidak ragu, hanya saja apa menurutmu Victoria tidak terlalu tua untukmu. Dengan umurnya ia bukanlah gadis lagi, apa tidak ada wanita yang lain yang dapat kau pilih?
Jono : Aku terlanjur cinta kepadanya Ayah, sikapnya yang dewasa, pandai, dan keibuan membuatnya sempurna dihadapanku.
Ayah : Jono, sadarlah masih banyak wanita diluar sana. Waktumu masihlah panjang, jika kamu menikah maka masa berpetualangmu usai sudah. Berkeluarga butuh komitmen sedangkan godaan begitu banyak akan kamu hadapi dimasa-masa umurmu.
Jono : (ia termenung sejenak) Lalu seandainya Jono memutuskan untuk tidak menikahi Victoria, apa yang harus Jono katakan kepadanya?
Ayah : Kamu tak perlu khawatir, biar Ayah yang menangani hal itu.
Jono : Dengan cara apa, Ayah?
Ayah : Biar Ayah yang menikahinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H