Entah sudah berapa lama kasus Angeline berlangsung, namun hingga saat ini kasus tewasnya bocah 8 tahun yang diduga akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh keluarga angkatnya masih ramai di bahas oleh beragam macam media dan publik yang seolah seperti menunggu hingga kasus ini terungkap dengan jelas baik pelaku maupun motif yang melatarbelakanginya. Bahwa benar apa yang terjadi sungguh memprihatinkan, masa kanak-kanak yang kebanyakan orang berpikiran dipenuhi tawa dan gembira tak mengenal waktu justru takdir berkata lain kepada Angeline dimana bocah malang ini malah kehilangan nyawanya dengan tragis. Entah apa rencanaNya namun Angeline kini telah berada di tempat yang lebih baik tentunya dan menjadi pembelajaran bagi kita-kita semua yang ditinggalkannya dikarenakan mungkin saja masih ada anak-anak di luar sana yang mengalami hal serupa layaknya Angeline menjadi korban kekerasan dari pihak-pihak yang tak berprikemanusiaan.
Sekilas apa yang sampai saat ini berjalan biarlah terus berlanjut, kiranya pihak Kepolisian terus berupaya optimal untuk mengungkap kasus ini hingga selesai dan mencari tahu setiap pihak yang patut mempertanggungjawabkan atas perbuatan biadabnya tersebut. Setiap kekerasan anak yang terjadi tidaklah bisa ditolerir segala macam bentuknya, anak-anak selayaknya penerus bangsa yang patut mendapatkan tak sekedar perlindungan namun juga perhatian khusus dari negara dan tindak tanduk yang mengancam generasi bangsa sudah menjadi kewajiban kita semua sebagai warga negara untuk perduli.
Namun disisi lain terkuaknya kematian kasus Angeline menjadikan sebuah pertanyaan di benak Penulis yaitu mengapa kasus ini seolah-olah di eksploitasi secara berlebih, sehingga seperti menenggelamkan kasus-kasus lainnya. Kiranya mengungkap kasus hilangnya nyawa Angeline menjadi prioritas, akan tetapi tidak menjadikan kasus-kasus lainnya seolah dilupakan. Beberapa kasus masih belum terselesaikan dan publik pun masih menunggu profesionalisme pihak Kepolisian untuk menuntaskan kasus-kasus sebelum Angeline.
Beberapa faktor yang menurut Penulis menyebabkan kasus Angeline dieksploitasi secara berlebih, antara lain :
1. Publikasi berlebih ketika Angeline menghilang.
Ketika gadis cilik berparas manis ini dilaporkan menghilang, sontak hampir setiap media dari media elektronik, media cetak, sampai media sosial memblow up hilangnya Angeline. Memang diharapkan dengan adanya bantuan media akan memudahkan pencaharian, namun kesimpangsiuran informasi justru menjadikan kasusnya hilangnya Angeline tak hanya diliput media lokal melainkan juga internasional.
2. Lokasi.
Mengapa lokasi berperan besar akan eksploitasi kasus ini dikarenakan tempat terjadinya kasus ini adalah Bali yang tentu saja begitu terkenal di seantero muka bumi akan keindahan pariwisatanya.
3. Melodrama.
Tanpa disadari kasus Angeline seperti sudah menjadi sebuah cerita drama, dari laporan hilangnya hingga kasus ini terselesaikan terungkap bisa dikatakan akan menjadi sebuah kisah yang panjang dimana melibatkan banyak pihak, begitu banyak intrik, dan juga waktu.
4. Pihak-pihak yang terkait.
Begitu banyaknya pihak berkaitan kasus Angeline ini seperti tersirat suatu usaha mencari popularitas semata dengan berupaya turun langsung dengan apa yang terjadi.
Kembali Penulis mengingatkan, kepergian Angeline merupakan duka yang mendalam bagi kita semua. Namun jangan duka ini dijadikan berlarut-larut sebagaimana seolah kita lupa akan hal-hal lain yang perlu dibenahi untuk diperbaiki khususnya mengenai perlindungan anak. Kasus Angeline mungkin baru sepersekian dari kasus-kasus serupa yang belum saja terungkap dan hal ini menjadikan pekerjaan rumah kita bersama agar dikedepan harinya tidak terjadi kembali dan selayaknya anak-anak dapat menjalani masanya dengan bahagia tanpa diliputi rasa cemas akan tindakan tak bermoral kemungkinan menghadapinya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI