Mengawali artikel ini Penulis mohon dimaafkan bukan bermaksud mendiskreditkan sosok Pak Jokowi, mengenai kinerja sosok Pak Jokowi tidak pernah Penulis ragukan kemampuannya. Sebenarnya siapapun pemimpin Ibukota ini selama realisasi kinerjanya terlihat itu tidak menjadi masalah, asalkan jangan menjadikan pemimpin yang hanya pencitraan, ongkang-ongkang kaki, dan menyibukkan diri di jejaring sosial.
Kiranya baru sore tadi Penulis mengamati tayangan program televisi yang memberitakan Pak Jokowi yang meresmian bus wisata "City Tour Jakarta". Sekilas dari apa informasi yang diberitakan bahwa bus double decker tsb import dari negeri Cina, ditujukan untuk memperkenalkan pariwisata Ibukota Jakarta, akses gratis menggunakan tiket, direncanakan hingga mencapai 70 unit banyaknya, serta anggaran biaya yang besar. Dari apa yang Penulis sekilas amati, bus wisata tsb mengutamakan kenyamanan bagi mereka yang hendak menikmati pemandangan akan Ibukota Jakarta.
Namun dibenak Penulis justru bertanya-tanya, "apa yang akan dinikmati?". Meninjau beberapa kondisi yang ada saat ini Jakarta mengalami musibah banjir dan dari pemberitaan media, masyarakat bisa lihat seperti apa dampaknya. Permasalahan banjir tsb memang dalam tahap proses dan membutuhkan jangka waktu yang dapat dikatakan tidaklah singkat dan mudah layaknya membalikkan telapak tangan. Penulis sebagai bagian masyarakat sangat paham dan mengapresiasikan apa yang telah Pak Jokowi telah lakukan sebagai perwakilan atas bentuk terima kasih Penulis kepada PemProv DKI Jakarta. Akan tetapi terlepas dari permasalahan musibah banjir yang mungkin saja selama proses pembenahan masih terjadi di Ibukota, Jakarta masih menyisakan permasalahan kronis yaitu kemacetan.
Penulis memang tidak mengetahui mengenai informasi lengkap akan trayek bus City Tour Jakarta ini, namun mengingat kemacetan Ibukota sebagai masalah yang sampai saat ini belum terselesaikan. Maka Penulis mengemukakan untuk kiranya Pak Jokowi berkenan meninjau kembali prihal bus wisata tsb. Dari sudut pandang Penulis, senyaman apapun itu kendaraan bermotor maka akan sirna dengan segala bentuk kemacetan yang ada di Ibukota. Riuh ramainya kendaraan bermotor yang padat mengisi jalanan Ibukota, belum lagi ragam bentuk polusi baik udara maupun suara, dan ditambah perlunya perbaikan sarana prasarana serta pembenahan infrastruktur Ibukota Jakarta secara menyeluruh tentunya menjadi pertimbangan agar bentuk "kenyamanan" pada saat melakukan wisata dapat tercipta.
Siapa yang tidak ingin melihat Ibukota ini bersih, indah, nyaman, aman, tidak macet, tidak banjir, dan harapan-harapan lainnya sebagaimana perbaikan yang Ibukota dapat capai dikedepan hari tentu semua masyarakat Ibukota menginginkannya. Pariwisata didalam kota pun perlu ditingkatkan sebagaimana tempat-tempat wisata di Ibukota sudah tersisihkan dengan hadirnya mal-mal dan ragam tempat hiburan lainnya yang kini seolah mengepung Ibukota. Maka kembali ke pembahasan awal artikel ini, kiranya apakah tepat dengan menghadirkan bus wisata tsb? Atau mungkin ada langkah alternatif lain yang dapat dilakukan. Demikian artikel berisikan opini Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik pribadi Penulis. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H