Mengawali artikel ini sebenarnya didasari rasa penasaran ketika menonton pertandingan antara Indonesia vs Myanmar kemarin malam, apa yang dibenak Penulis bertanya-tanya mengapa dengan fisik orang Indonesia Timnas U-23 masih begitu dominan dengan melakukan Long Pass?
Dari apa yang Penulis ketahui dasar Long Pass adalah salah satu tehnik dasar dalam sepak bola, sedangkan untuk strategi dalam pertandingan Long Pass merupakan variasi dari beragam skema permainan yang dikemas saat bertanding menghadapi tim lawan. Apakah itu Long Pass digunakan untuk clearance dalam skema bertahan, dasar permainan memanfaatkan lebar lapangan, maupun mengumpan dalam skema penyerangan. Long Pass (skema penyerangan) bagi seorang pemain bertindak sebagai pengumpan dituntut kemampuan akurasi passing, konsentrasi, dan dapat membaca posisi kawan, sedangkan untuk pemain yang diumpan harus memiliki kemampuan individual mencari posisi yang baik, akselerasi, kontrol bola baik, dan fisik yang mendukung. Kembali kepada materi fisik ini bahwa fisik yang mendukung yaitu badan yang proporsional dan tinggi badan menjadi faktor utama sekiranya seorang pemain dihadapkan harus berduel dengan lawan memperebutkan bola melalui Long Pass. Lalu mengapa mengapa Timnas U-23 masih mendominasi Long Pass?
Kemungkinan besar hal itu sudah diinstruksikan, kemudian faktor fisik apabila permainan didominasi Short Pass tentunya lebih menguras tenaga dimana setiap pemain harus aktif bergerak mencari posisi dan menyambut Short Pass tsb. Selang waktu antara setiap laga yang singkat menyambut event Sea Games ini tentunya memikirkan kondisi stamina pemain baik itu masa pemulihan setelah bertanding dan juga menghindari terjadinya cedera pemain ketika pertandingan berlangsung.
Dari pengamatan Penulis mengenai pertandingan kemarin Timnas U-23 prihal Long Pass sudah cukup baik secara akurasi ketika membangun sebuah skema menyerang, namun saat Long Pass diadaptasikan sebagai variasi penyerangan untuk mengancam pertahanan lawan agar membuahkan gol maka Long Pass justru merugikan. Merugikan dikarenakan lini belakang Myanmar memiliki postur tubuh lebih tinggi alhasil Long Pass yang diuji coba oleh Timnas U-23 mudah diantisipasi apakah disapu bersih ataupun menghasilkan tendangan penjuru. Memang tak bisa disangkal berkumpulnya lini tengah dan belakang Myanmar berfokus pada posisi tengah jantung pertahanan membuat Timnas U-23 melakukan variasi Long Pass tsb, hal ini juga didukung dimana jarak antara pemain dapat dikatakan satu dengan lainnya cukup jauh dan kurangnya dukungan pemain tengah masuk mengancam jantung pertahanan Myanmar. Dari apa yang Penulis amati Timnas U-23 pun jarang sekali melakukan one-two antar pemain maupun tendangan jauh sebagai alternatif serangan.
Siapapun lawan Timnas U-23 nanti di semi final apakah itu Vietnam ataukah Malaysia tentu laga-laga Timnas U-23 sebelumnya perlu dijadikan bahan kajian untuk menemukan strategi yang tepat nantinya. Pembenahan Liga Nasional agar lebih profesional serta perbaikan mutu agar pemain-pemain negeri ini berkualitas tentu diharapkan menjadi pondasi untuk membangun mutu persepakbolaan nasional serta dapat mencetak beragam prestasi membanggakan bagi bangsa Indonesia kedepannya. Demikian artikel singkat berisikan opini dari penulis. Apabila ada tanggapan, tidak diharapkan provokasi dalam bentuk apapun. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik pribadi penulis. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H