Mohon tunggu...
Bagus Santa Wardana
Bagus Santa Wardana Mohon Tunggu... -

Pejuang kecil yang selalu ingin jadi pemimpin besar. Belajar, berkarya dan berbuat yang terbaik..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Independen Bukan Berarti Deparpolisasi

13 Maret 2016   22:42 Diperbarui: 14 Maret 2016   08:48 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hajatan Demokrasi Pilkada serentak di indonesia dimulai dengan tahap ke II yaitu tahun 2017 awal tahun, yang lalu kita telah saksikan bagaimana ke- 249 kabupaten/kota bertarung memeperebutkan dan adu kekuatan dalam pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota di Indonesia.

sesuatu yang tanpak buruk bagi sebagian politisi belum tentu buruk dimata masyarakat awam, dalam dinamika demokrasi Indonesia mengenai Calon Independent atau perorangan, hal ini bukan sesuatu yang tabu dalam kehidupan demokrasi di negara kita, calon independen merupakan suatu hak kebebasan warga negara indonesia untuk dapat ikut berpartisipasi bersaing dalam hajatan Pemilihan pemimpin.

Pergerakan masyarakat modern yang begitu kuat dalam mengusung calon independent dianggap suatu pelemahan Partai Politik atau Deparpolisasi. Aturan Undang-undang  Nomor 8 Tahun secara tegas mengatur dalam Pasal 35 yang telah di isyaratkan oleh KPU dan di sahkan menjadi Undang-undang untuk menjadi acuan utama pertempuran dalam ranah Pilkada daerah,

 isyarat tersebut di “ikrarkan” oleh rakyat demi mencari calon pimpinannya sendiri bahwa Independent merupakan suatu keinginan dan tekad serta semangat untuk membangun negeri tanpa kendaraan yang bernama Partai Politik yang mana partai politik ini merupakan tempat lahirnya para pemimpin-pemimpin suatu negara seperti Presiden, Gubernur, Bupati dan Walikota.

Era reformasi telah di hembuskan ke langit demokrasi indonesia yang dirasa masih terlalu muda berafiliasi dengan pola terapan sistem ke tatanegaraan kita, apakah adanya Independent ini mematikan peran Parpol dalam sistem Kepartaian Negara kita?

Terlalu cepat menuduh Independent merupakan upaya melemahkan peran Partai Politik (deparpolisasi) dalam kehidupan demokrasi Indonesia, jika merujuk pada aturan hukum tersebut.

Upaya Deparpolisasi telah mengecilkan peran parpol sebagai wadah atau pilar filterisasi para pemimpin-pemimpin idealis yang lahir dan dibesarkan oleh rumah Partai Politik, yang di dalamnya terdapat ide, gagasan dan Semangat perjuangan membangun Negara untuk mewujudkan keadilan sosial serta kesejahteraan yang terkandung di dalam Pancasila dan UUD 1945

Upaya dan Gaung Independen telah di Sahkan secara de yure oleh Para DPR yang mengangap tiap warga negara di luar Kader Partai bisa bertarung dalam hajatan demokrasi di indonesia. Upaya de fakto pun terbagun melalui nurani dan arus keinginan rakyat untuk membangun atau membentuk calon yang sesuai dengan keinginan mereka.

Pertanyaan selanjutnya, apakah Partai-partai Politik telah melaksanakan fungsi dan perannya sebagaimana ditetapkan oleh Undang-undang? Bukankah delegitimasi tidak lain sebagai bukti kuat tidak berfungsi dan tidak berperannya Parpol sebagaimana di idealkan itu?

Tingkah dan tindak kader-kader Parpol yang kerap mengabaikan aspirasi rakyat, juga keterlibatan kader parpol dalam sejumlah kejahatan, seperti korupsi, kekerasan, dan kejahatan kriminal lainnya menggerus simpati dan kepercayaan publik. Maka, tuduhan deparpolisasi setepatnya diarahkan ke diri Partai Politik itu sendiri. 

Delegitimiasi yang berkaitan dengan pencalonan di Pilkada, misalnya, merupakan bukti kegagalan parpol melakukan fungsi rekruitmen sehingga tidak menciptakan kader pemimpin kredibel, yang berintegritas, dan kompeten untuk mengisi jabatan-jabatan publik. Sebaliknya, kader-kader yang oleh masyarakat dinilai memiliki kualifikasi memadai justru diabaikan oleh Partai Politik. 

Dari sinilah, lahir jalur independen guna membuka jalan bagi “kader-kader pilihan masyarakat” agar bisa menduduki jabatan-jabatan publik. Bukankah, jalur inilah yang menghasilkan Ahok, Jokowi dan kader “non” Parpol lainnya? Cobalah perhatikan kader-kader pilihan Parpol. Berapa kepala daerah (pilihan Parpol) yang terjerat korupsi?

Fenomena Gaung Pilkada DKI 2017 yang memumunculkan kaum pergerakan masyarakat membangun Basis kekuatan memberi nama mereka yakni kawan ahok, teman ahok saudara ahok dan muda mudi ahok, memeberi warna tersendiri wajah demokrasi di tanah air.

Upaya keterpangilan hati masyarakat ini menampik hal yang justru tidak mencerminkan sifat kesatria dari parpol menerima calon independent yang di bawa oleh rakyat, malah mereka dianggap mencederai proses demokrasi di indonesia dengan berucap Deparpolisasi terhadap Partai politik, upaya deparpolisasi sempat di ucapkan Politisi senior PDIP Arya bima dalam diskusi terbatas di Prime Time News Metro TV, mengungkapkan upaya kegilaan Masyarakat terhadap Ahok adalah proses pencederaan terhadap Partai Politik.

Ahok yang terlahir bukan dari darah dan daging Partai Politik mendapat simpati arus dukungan kuat rakyat yang begitu besar, apakah dengan adanya dukungan dan simpati besar ini merupakan ketidak puasan dan kepercayaan masyarakat dengan partai politik?

Tingkat dan unsur kepercayaan masyarakat terhadap Ahok merupakan pukulan berat partai politik karena tidak dapat mendidik dan membentuk karakternya hingga peran partai politik dianggap sampah dengan adanya pemberitaan negatif para orang Parpol terkena berbagai tindakan merugikan negara, salah satunya Korupsi, ditengah dilema calon independen ini parpol dianggap sarang korupsi karena merugikan bangsa dan negara.

Yang kedua, upaya tingkat kepercayaan calon independen dan incumbent dalam hal ini ahok di lihat dari kepercayaan masyarakat dalam memimpin satu daerah, jika melihat ahok sendiri, semua unsur pekeerjaan yang menyangkut pekerjaan publik di DKI jakarta selalu positif dan tidak ada tindakan yang merugikan masyarakat setempat, baik dalam penganganan masalah-masalah kebijakan publik.

Disamping pola menangani kebijakan publik ini terlihat posisitif di masyarakat ahok mampu membangun karakter diri dengan kejujuran, ketegasan dan keberanian dalam mengungkap permasalahan daerah, pola pemimpin berkarakter seperti ahok jarang di temui di negara kita ketika masyarakat melihat pemipin-pemimpin yang terlahir dari Rahim Parpol tidak mendapat kepercayaan dari masyarakat dengan berbagai masalah dan kasus yang ada di negara kita.

Upaya adanya Independen ini bukan lah terlalu besar dianggap Deparpolisasi dalam demokrasi kita, fenomena ahok ini hanya berangkat dari keinginan rakyat untuk mendapat pemimpin yang mereka idam-idamkan, apakah fenomena independent ini akan merasuk ke lapisan struktur demokrasi daerah di Indonesia?

Kita tunggu saja…

Kata kuncinya, Partai Politik berubah lah…

Malu dengan Independent.

Creted by :  B.S.W

Editing : L. Djawal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun