Adanya pusat tekanan udara rendah di Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan wilayah konvergensi di sebagian besar wilayah Jawa memicu peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah DIY. Analisa profil vertikal kelembapan udara, relatif tinggi mencapai lebih besar dari 80%.
Dari kedua berita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang mempengaruhi berkurangnya intensitas hujan dan meningkatkan suhu dan peningkatan hujan di DIY adalah tekanan udara yang rendah.
Analisis Framing Text Berita Jogja.antaranews.com & m.antaranews.com
Dalam berita yang diterbitkan dalam media Jogja.antaranews.com & m.antaranews.com ada 2 judul yang akan dibahas yaitu “DKP DIY: Produksi ikan tangkap di DIY meningkat” dan “Diterjang gelombang tinggi, nelayan Baron Gunungkidul evaluasi kapal”. Dalam berita pertama dijelaskan bahwa produksi ikan tangkap para nelayan di provinsi ini terus meningkat meski gelombang tinggi sempat terjadi di pesisir selatan Yogyakarta, akibat gangguan cuaca di perairan selatan tidak terlalu memengaruhi produksi ikan tangkap di DIY karena para nelayan dapat mengetahui kapan waktu yang aman untuk berlayar. Capaian produksi ikan tangkap pada triwulan I tahun 2022 mencapai 1.945, 49 ton, melebihi target yang ditetapkan sebanyak 1.766 ton. Demikian juga triwulan II, tercapai 1.151,21 atau mencapai 108,71 persen dari target yang ditetapkan. "Target produksi ikan tangkap kita sudah tercapai 100 persen lebih. Selain itu, Monsun Australia juga menguat sehingga angin timuran lebih dominan dan berdampak merusak bangunan seperti yang terjadi di pesisir pantai di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Bantul. Sedangkan pada berita kedua dijelaskan bahwa kapal-kapal nelayan sudah dievakuasi dan ada beberapa sedikit rusak akibat dihantam gelombang tinggi tersebut. Selain itu, nelayan tidak melaut untuk beberapa hari ke depan sampai gelombang laut kembali normal. Penyebab utama gelombang tinggi adalah adanya perbedaan tekanan udara antara belahan bumi bagian selatan atau Samudera Hindia (1028 HPa) dengan tekanan udara di belahan bumi bagian utara yang menyebabkan munculnya badai Yaas dengan tekanan 982 Hpa di Teluk Benggala. Kondisi ini menyebabkan peningkatan kecepatan angin di wilayah perairan, sehingga ada peningkatan gelombang di perairan Sumatera, Jawa, Bali, termasuk di Kabupaten Gunung Kidul. Dari kedua berita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa berita pertama membahas keuntungannya dan berita kedua membahas kerugiannya.
Analisis Framing Text Berita amp.kompas.com
Ada 2 judul yang akan dibahas dalam berita amp.kompas.com yaitu “7 Fakta Kondisi Meteorologi di Yogyakarta Saat Hujan Lebat Disertai Angin Kencang” dan “Penyebab Hujan Lebat Disertai Angin Kencang di Yogyakarta adalah Awan Comulonimbus”. Dalam berita pertama dijelaskan bahwa hujan intensitas sedang-lebat disertai angin kencang tersebut mengakibatkan pohon tumbang, sehingga menyebabkan kerusakan pada rumah, kendaraan roda 2 maupun roda 4, baliho rusak dan kerusakan jaringan listrik. Kejadian tersebut tersebut tersebar di seluruh Kota dan Kabupaten DI Yogyakarta di ± 47 titik. Berikut beberapa fakta hasil analisa meteorologi BMKG tentang kondisi di Yogyakarta terkait cuaca ekstrem yang terjadi kemarin, yaitu pola angin, analisa isobar, subu muka laut, kelembapan udara, angin, citra satelit dan citra radar. Sedangkan dalam berita kedua dijelaskan bahwa kejadian hujan lebat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang yang melanda beberapa wilayah di Yogyakarta kemarin disebabkan oleh adanya aktivitas awan konvektif Cumulonimbus (CB) pada siang hari akibat tekanan udara rendah di Samudera Hindia sebelah Barat Daya Sumatera dan Bagian Utara Australia menyebabkan angin Baratan berpola konvergen yang bertiup cukup kencang di Pulau Jawa hingga lapisan 850, 700, dan 500 mb. Hal ini menyebabkan penumpukan massa udara yang diperkuat dengan kelembapan udara yang cukup basah dari lapisan 850 hpa sampai dengan 500 hpa yang berpotensi meningkatkan suplai uap air yang cukup untuk pertumbuhan awan Cumulonimbus. Serta pemanasan sinar matahari yang cukup intensif dari pagi hingga siang hari menyebabkan terbentuk awan konvektif Cumulonimbus (CB) yang menjulang tinggi. Dari kedua berita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan udara rendah dapat mengakibatkan hujan lebat dan angin kencang.
Analisis Framing Text Berita krjogja.com
Dalam berita krjogja.com terdapat 2 judul yang akan di bahas yaitu “Adanya Pusat Tekanan Udara Rendah Picu Terjadinya Hujan di Wilayah DIY” dan “Tak Hanya Bantul, Seluruh DIY Terimbas Badai “Savannah”. Dalam berita pertama dijelaskan bahwa Hujan intensitas sedang-lebat yang terjadi saat musim kemarau kali ini disebabkan oleh adanya gangguan munculnya pusat tekanan udara rendah tertutup (Eddy) di sekitar selat Karimata, yang mengakibatkan adanya pertemuan angin (konvergensi) dan perlambatan massa udara di sekitar wilayah jawa sehingga terjadi penumpukan awan. Saat ini terdapat gangguan yaitu Madden Julian Oscilation (MJO) yang masuk ke fase 3. Sehingga di sekitar wilayah jawa yang dapat mendukung pertumbuhan awan-awan hujan. Sedangkan dalam berita kedua dijelaskan bahwa Hujan dengan intensitas sedang sampai lebat mengguyur Yogyakarta menyebabkan bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah seperti banjir, longsor dan pohon tumbang. Juga adanya Tropical Cyclone Savannah di Samudera Hindia 972 hPa Max 75 kts yang berdampak pada terbentuknya palung tekanan udara rendah (trough) serta perlambantan angin di wilayah Jawa. Faktor hangatnya suhu permukaan laut di Samudera Hindia selatan Jawa 28 - 30 disinyalir ikut menyumbang tersedianya uap air yang melimpah bagi pembentukan awan hujan di wilayah Jawa. Kondisi tersebut diprakirakan menyebabkan udara hangat lembab serta labil sehingga berpotensi mengakibatkan hujan dengan intensitas ringan-sedang sepanjang hari. Dari kedua berita tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dampak negatif dari tekanan udara rendah yang terjadi di DIY yaitu terjadinya hujan sedang-lebat saat musim kemarau serta terjadinya bencana seperti banjir, longsor dan pohon tumbang.
Kesimpulan
Gunungkidul adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Melihat dari berita dan data yang ada, di Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang memiliki tekanan udara rendah. Tekanan udara rendah dapat menimbulkan banyak dampak dan kerugian namun ada pula dampak positif atau keuntungan yang di dapat oleh masyarakat di Kabupaten Gunungkidul seperti yang terlihat dalam berita pada tahun 2019-2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H