Mohon tunggu...
Santa Maria Manalu
Santa Maria Manalu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Santa

love yourself

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Omset Penjahit di Palentine's Taylor Tarutung

2 Desember 2021   19:08 Diperbarui: 2 Desember 2021   19:30 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Aktifitas Palentine Manalu Saat Menjahit Pakaian). Dokumen Pribadi

Artikel ini merupakan tugas perkuliahan saya yakni Tugas Project, yang mana dalam tugas project kuliah saya kali ini, Dosen memberikan tugas untuk melakukan sebuah penelitian yang akan menghasilkan data primer yang didapatkan dari hasil proses wawancara.

Pada tugas kuliah kali ini saya mengambil judul "Dampak Pandemi Covid 19 terhadap Omset Penjahit di Palentine's Taylor Tarutung", penelitian ini dilaksanakan dengan cara wawancara langsung dengan narasumber penjahit di Palentine' Taylor yaitu Palentine Manalu(24) pada Minggu, 17 Oktober 2021 pukul 15.00 WIB.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak pandemi covid-19 terhadap omset pakaian Palentine Taylor, mengetahui dampak pandemi covid 19 terhadap pesanan pakaian di Palentine taylor dan untuk mengetahui seberapa banyak permintaan pesanan jahitan di Palentine Taylor pada masa pandemi.

Corona Virus atau yang lebih sering didengar dengan sebutan covid-19 atau virus corona telah menyebar keberbagai penjuru dunia. Penyebaran Covid-19 ini sangat cepat sehingga menjadi pembicaraan utama di setiap wilayah. Tidak hanya dari sudut pandang kesehatan namun juga dari sudut pandang ekonomi. Dampak Virus Corona atau Covid-19 nampaknya berimbas pada semua masyarakat terutama pada penjahit pakaian. Sejak merebaknya virus corona atau yang dikenal dengan pandemi covid-19 terjadilah perubahan omset penjahit yang sangat signifikan.

Dengan cepatnya penyebaran Covid-19, dampak perlambatan ekonomi global mulai dirasakan di dalam negeri. Banyak para penjahit bahkan menutup sementara usahanya. Salah satu penyebabnya adalah penurunan omzet penjualan. Work from home atau dikenal dengan singkatan WFH juga berpengaruh terhadap penurunan omzet. Para penjahit mengalami penurunan pendapatan yang drastis akibat penerapan physical distancing dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pembatasan aktifitas masyarakat berpengaruh pada aktifitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian mereka. Tentu pandemi sangat berdampak besar terhadap omset pakaian di Palentine's Taylor, salah satu toko penjahit asal Tarutung, Sumatera Utara yang bernama Palentine Manalu.

Berikut merupakan jumlah atau banyaknya permintaan pesanan atau jahitan di Palentine's Taylor tahun 2020 yang disajikan dalam bentuk diagram batang berikut ini.

Dokumen Pribadi (Grafik permintaan pesanan atau jahitan di Palentine's Taylor tahun 2020)
Dokumen Pribadi (Grafik permintaan pesanan atau jahitan di Palentine's Taylor tahun 2020)
  Dampak pandemi bagi penjahit adalah jahitan di Palentine Taylor yang mulai menurun atas permintaan atau pesanan kostumer. "Pada bulan Maret 2020, awal pandemi, pesanan jahitan masih ada yaitu sekitar 4 atau 5 baju kebaya, namun pada bulan selanjutnya yaitu April yang merupakan awal pelaksanaaan PSBB di tarutung, pesanan mulai sepi hanya ada 1 pesanan gaun dan servis pakaian,'' ujar palentine yang mengaku sudah menekuni pekerjaan menjahit sejak tahun 2019.

Namun ditengah merebaknya penyebaran virus corona dan masyarakat dihadapkan pada sulitnya mendapatkan masker dijadikan peluang bisnis para penjahit di Tarutung. Tidak sedikit penjahit kini justru lebih fokus membuat masker daripada menerima pesanan membuat kebaya. seperti yang dilakoni penjahit Palentine Manalu (24) asal Tarutung, Sumatera Utara.

"Pada bulan April dan Mei, pesanan masker mencapai 250 pesanan, yaitu 150 biji pada bulan April, dan 100 biji pada bulan Mei," ujar penjahit yang membuka usaha di Jalan MH Manullang ini.

Disinggung terkait harga masker, untuk masker biasa berbahan kain katun harganya Rp 5 ribu per biji. "Kalau menggunakan kain jenis katun tebal harganya lebih mahal,'' sebut Palentine.

Namun setelah itu, seiring berjalannya waktu dan semakin banyaknya produksi masker medis maupun non medis yang lebih banyak diminati, pada bulan Juni sampai Desember, pesanan masker kain pun mulai menurun bahkan tidak ada sama sekali. "Pada bulan Juni, pesanan masker mulai sepi dan bahkan tidak ada serta untuk pesanan gaun atau kebaya dan perbaikan pakaian sendiri hanya ada 15 pakaian yaitu 3 perbaikan baju pada bulan Juli, 8 pada bulan September dan 4 pesanan gaun di bulan Desember," ujarnya.

Palentine juga mengakui bahwa pandemi covid 19 sangat berdampak besar pada pesanan jahitan pada toko nya, kadang meningkat, kadang juga menurun dan bahkan pada bulan belakangan ini, hampir tidak ada pesanan atau permintaan jahitan pada tokonya tersebut.

Terimakasih dan Salam Sehat!

Santa Maria Manalu, Mahasiswi Jurusan Kimia Universitas Negeri Medan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun