PUISI-PUISI INI TIDAK BERJUDUL, KUIZINKAN KAU MENAMAINYA SESUKA HATI (ss*)
[1]Â
Jejak demi jejak
yang tercetak.
Aku mencari cermin.
Bukan pucat tembok putih.
Dalam rumah penyair sunyi
Aku bagai burung semedi.
Terkungkung peti,
dibuang kasih.
--- Hari ini aku mendapat surat
   Gazebo FIB, 4 Oktober 2023 (ss*)
[2]
aku ...
sempat lupa caranya bernapas
cara menghirup udara bebasÂ
ketika tiraimu benar terbuka.
hari dibunuhnya kata-kata kosong
menguar bagai burung menyerangÂ
mematuk lalu mencakar harapanÂ
dan kutemukan selaksa kecewa
di kedalaman dadaku
--- Makassar, 10 Agustus 2023 (ss*)
[3]
aku yang memilih
melukai diri sendiri
menyayat tiap inci
kulit-kulitku yang berbulu
menjadikanmu pisau
persis seperti dahulu
di ketajaman yang sama
walau gagang,
telah berganti tubuh
--- RTQ, 10 September 2023 (ss*)
[4]
Benar dunia ini
sebuah perjalanan yang tak berujung.
Ibarat kita tengah melangkah,
kanan-kiri, depan-belakang
adalah mereka seperti kita.
Melambai, menyapa, lalu tersenyum
Lalu berlalu, datang dan pergi
Dan saban hari adalah rumah
Persinggahan yang akhirnya juga sunyi
---Â RTQ, 16 September 2023 (ss*)
[5]
Pada mulanya pernahkah kita?
Bertanya tentang jatuh cinta.
Pada malam yang selalu
mengerti tapi tak dimengerti
Padahal munafik.
Benar saat pagi membuka diri.
Di akan menjelma setan'
Sungguh aku tidak bisa membantumu
Sebab aku juga takut sama AllahÂ
--- Makassar, 5 Agustus 2023 (ss*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H