Mohon tunggu...
Sankdamar
Sankdamar Mohon Tunggu... Penulis - Menulis agar kewarasan tetap terjaga

Berdamailah dengan hati dan fikr-mu Maka semesta tak kan mengecewakanmu

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Via Ferrata Cara Asyik untuk Muncak

27 Juli 2020   07:15 Diperbarui: 27 Juli 2020   07:29 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama kang Baban, pengelola merangkap tur guide via Ferrata. Masker dilepas untuk keperluan photo (sumber; doc warga kota)

Bagi kebanyakan warga +62 bahkan masyarakat Jawa Barat khususnya daerah Purwakarta Istimewa istilah via Ferrata pasti terdengar asing. Ingatan awan mungkin akan tertuju pada seorang artis dangdut pelantun lagu Secawan Madu Via Vallen atau untuk kalangan pencinta kuliner akan menghubungkannya dengan makanan sejenis roti asal negeri Jiran Malaysia, roti prata.

Namun di kalangan penyuka olah raga outdoor terlebih panjat tebing via Ferrata sangat familiar, dikenal sebagai salah satu olah raga yang cukup memacu adrenalin khususnya bagi mereka yang bukan pegiat olah raga ekstrim.

Ferrata sebenarnya diadopsi dari dari bahasa Itali yang berarti 'tangga besi'. Kala perang dunia kedua ferrata sengaja dibangun sebagai sarana dalam pengiriman logistik agar bisa memangkas waktu tempuh, maka dibuatlah tangga dengan cara menanam potongan besi pada lereng gunung.

Ferrata 'tangga besi' yang ditanam pada tebing gunung dengan kedalaman 20cm (sumber; doc warga kota)
Ferrata 'tangga besi' yang ditanam pada tebing gunung dengan kedalaman 20cm (sumber; doc warga kota)
Dan sebagai warga Indonesia terbaik kita wajib bangga karena via Ferrata pertama di Asia Tenggara ternyata ada di negeri tercinta ini, tepatnya di gunung Parang kampung Cirangkong desa Pesanggrahan Tegal Waru kabupaten Purwakarta dengan nama Badega Parang Purwakarta.

Menikmati sejuknya alam pegunungan di ketinggian 250 mdpl pada salah satu lereng gunung Parang (sumber; warga kota)
Menikmati sejuknya alam pegunungan di ketinggian 250 mdpl pada salah satu lereng gunung Parang (sumber; warga kota)

Lokasi Badega Parang Purwakarta yang strategis karena terletak diantara dua kota besar Bandung dan Jakarta,  hanya berkisar 30 menit dari pintu tol Jatiluhur dengan kondisi jalan lumayan baik sangat memudahkan siapapun untuk mengaksesnya. 

Dengan harga ticket masuk yang sangat murah,15k/orang. Pengunjung sudah dapat menikmati keindahan panorama dari ketinggian lengkap dengan kesegaran alam pegunungannya.

Bersama kang Baban, pengelola merangkap tur guide via Ferrata. Masker dilepas untuk keperluan photo (sumber; doc warga kota)
Bersama kang Baban, pengelola merangkap tur guide via Ferrata. Masker dilepas untuk keperluan photo (sumber; doc warga kota)
Destinasi wisata dengan jargon 'Everyone can Climb' ini menawarkan sensasi panjat tebing untuk semua kalangan bahkan pengunjung tanpa pengalaman sekali pun. 

Hanya dengan biaya 150k pengungjung dapat memanjat tebing gunung batu andesit setinggi 250 mdpl. Jika stock adrenalin mencukupi aktifitas manjat bisa dilanjutkan menuju 400 mdpl dengan biaya 250k atau muncak hingga ketinggian 900 mdpl yang memakan biaya 400k. 

Meskipun gunung Parang bukan termasuk gunung yang tinggi, hanya sekitar 963 mdpl namum via Ferrata Badega Parang Purwakarta adalah ferrata tertinggi di Asia dengan jalur pendakian mencapai 900 mdpl. 

Saat pendakian pemanjat akan ditemani dan dipandu oleh guide profesional, dilengkapi dengan safety equipment yang telah disediakan pengelola untuk menjamin keselamatan pemanjat tidak saja saat naik tapi hingga kembali turun.

Beberapa pemanjat dari Bekasi, tengah bersiap memakai safety equipment sesuai standar internasional (sumber; doc pribadi)
Beberapa pemanjat dari Bekasi, tengah bersiap memakai safety equipment sesuai standar internasional (sumber; doc pribadi)
Untuk mencapai puncak selain via Ferrata pengunjung dapat juga menyusuri jembatan terbuat dari bambu yang didesain sedemikian rupa hingga memudahkan pejalan mendapatkan pengalaman membelah hutan yang berbeda dari yang pernah ada. 

Meskipun hutan yang dilalui tidak terlalu lebat, pengunjung sebaiknya tetap berhati-hati karena pada puncak-puncak pohon masih banyak lutung liar bergelantungan.

Sasak Awi, jembatan bambu yang bisa digunakan sebagai jalan alternatif menuju puncak (sumber
Sasak Awi, jembatan bambu yang bisa digunakan sebagai jalan alternatif menuju puncak (sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun