Dan waktu itu peralatan listrik yang kami miliki lumayan banyak ada Mesin cuci dengan pengering yang tidak perlu jemur matahari, jadi setelah cuci bisa langsung setrika, terus kami juga punya oven yang wattnya cukup besar, ada boiler untuk menghangatkan ruangan meskipun menggunakan gas sebagai sumber energinya, dan peralatan electronic kecil lainnya seperti setrika, rice cooker, laptop empat buah dll, yang jika kita menggunakan semua peralatan secara bersamaan tidak khawatir listrik padam.
Waktu itu tagihan listrik di setiap bulannya sekitar 34 -- 36,02 Pounds atau Rp 680.000 s.d 720.000 tidak jauh beda dengan tagihan listrik dirumah saya di Indonesia yang menggunakan 2 AC tanpa kompor listrik dan ditambah peralatan electronic lainnya yang serupa.Â
Sebenarnya harga per Kwh listrik di Inggris lebih mahal dari pada di Indonesia, namun karena sumber tenaga listrik yang digunakan oleh SSE -- perusahaan ritel listrik di Inggris yang kami pilih (jadi perusahaan ritel listrik di Inggris lebih dari satu perusahaan, masyarakat bisa dengan bebas memilih dari perusahaan mana listrik mereka berasal) berasal dari renewable, sekitar 51,9% (informasi sumber listrik dari tagihan listrik), yang berasal dari offshore wind farm karena lokasi tempat tinggal kami sangat dekat dengan Rampion Offshore Wind di South Coast, sekitar 13 km dari Sussex Coast, jadi tagihan listriknya tidak terlalu mahal.
Jadi kesimpulanya, memasak beragam makanan menggunakan kompor listrik sangat memungkinkan, dan banyak sekali keuntungannya yaitu lebih sehat, aman dan juga bisa mengurangi emisi karbon dan juga kita bisa ikut serta berkontribusi untuk menghadapi isu climate change.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H