Mohon tunggu...
Erwandi Erwandi
Erwandi Erwandi Mohon Tunggu... -

TKI tinggal di Hong Kong. Suka tualang di cakrawala baru

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Nasionalisme Prabowo dan Jokowi

13 April 2014   03:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu sebelum pileg tanggal 9 April 2014 di kompas.com ada seorang guru besar yang menyatakan bahwa nasionalisme Prabowo sangat luar biasa, sedangkan nasionalisme Jokowi belum teruji. Guru besar tersebut berpendapat seperti itu karena Prabowo mempunyai latar belakang militer. Sehingga nasionalismenya lebih teruji. Dia menambahkan bahwa nasionalisme Jokowi belum teruji karena Jokowi hanya punya pengalaman sebagai kepala daerah. Untuk memimpin bangsa, perlu pengalaman yang lebih besar dan jiwa nasionalisme yang teruji.

Terasa dalam alam bawah sadar guru besar tersebut masih ada perasaan rendah diri. Jaman orde baru memang selalu didengung-dengungkan bahwa militer lebih nasionalis dibanding sipil. Sipil satu atau beberapa tingkat lebih rendah nasionalismenya dibanding militer.

Nasionalisme dapat diartikan secara luas sebagai cinta tanah air. Wujudnya sering dikeluarkan dalam iklan TV, "Cintailah produk-produk Indonesia". Membeli produk buatan dalam negeri merupakan ukuran nasionalisme kita. Ada banyak lagi ukuran tindakan nasionalis. Memakai baju batik, kebaya, atau pakaian daerah lainnya, masuk TNI, berbahasa Indonesia tanpa diselingi kata-kata Inggris, membela tim olahraga Indonesia, dll. Tahun lalu grup Bakrie menggunakan isu nasionalisme untuk menyelamatkan asetnya saat berseteru dengan Nat Rothschild. Tentu contoh-contoh tindakan nasionalisme masih banyak dan dapat disesuaikan dengan selera masing-masing orang.

Tetapi sangat terasa wujud dan ukuran nasionalisme di atas sangat longgar dan sepertinya gampang dimanipulasi. Perlu dicari kriteria-kriteria yang pas untuk mengukur nasionalisme seseorang. Salah satu pendapat yang jitu mengenai nasionalisme dan dapat dijadikan rujukan mengenai ukuran nasionalisme Indonesia adalah pendapat dari sejarawan Taufik Abdullah. Beliau menyatakan bahwa nasionalisme seseorang dapat diukur dari tindakan yang disebut dalam Pembukaan UUD 1945.

Alinea ke-4 UUD 1945 menyatakan: "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah  negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial". Bila seorang Warga Negara Indonesia melakukan tindakan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seterusnya maka orang tersebut sedang mewujudkan nasionalisme Indonesia.

Kembali ke pendapat guru besar di atas, kita akan coba menakar nasionalisme Prabowo dan Jokowi berdasarkan alinea 4 UUD 1945. Apakah Prabowo sudah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia? Jawabannya bisa menimbulkan perdebatan. Prabowo tentu memegang teguh sumpah prajurit. Tetapi sumpah prajurit bergantung pada perintah atasan. Dan rawan manipulasi. Kasus penculikan aktivis misalnya. Prabowo saat itu sedang melindungi segenap bangsa ataukah sedang punya agenda sendiri? Mengingat saat itu Prabowo adalah bagian dari rezim yang sangat tidak nasionalis.

Kedua apakah tindakan Prabowo sudah memajukan kesejahteraan umum? Belum ada bukti. Benar Prabowo pernah menjadi ketua HKTI tetapi dia mengakuinya sendiri bahwa tindakan itu dalam rangka mendekati petani agar pilih Gerindra. Apakah petani anggota HKTI sudah sejahtera? Jawabannya perlu dicari lewat survey tentunya.

Yang ketiga, apakah Prabowo mencerdaskan kehidupan bangsa? Jawabannya jelas tidak. Dari kampanye Prabowo kemarin yang didominasi rasa kecewa dia atas keputusan ketua PDIP, terlihat bahwa ucapan dan tindakan Prabowo jauh dari mencerdaskan "kehidupan" bangsa. Orasi Prabowo tidak mencerdaskan kehidupan, tetapi malah menimbulkan kehancuran kehidupan, karena isinya membuat orang mendendam, mendorong saling permusuhan di akar rumput, melukai, tidak memberikan inspirasi, dan merangsang ketidaknyamanan. Tidak dipungkiri bahwa Prabowo cerdas, tetapi apakah kecerdasannya mencerdaskan kehidupan bangsa? Saya sangat sangsi karena dari kampanye kemarin terlihat watak Prabowo sebenarnya.

Terakhir apakah Prabowo ikut melaksanakan ketertiban dunia? Ini perlu bukti. Prabowo sampai sekarang kena cekal tidak boleh masuk Amerika Serikat. Tentu itu akan memberi sandungan saat dia akan melaksanakan ketertiban dunia. Bila dia jadi Presiden hal ini akan menimbulkan masalah serius.

Bagaimana dengan Jokowi? Saat menjabat Walikota Solo dan Gubernur DKI, Jokowi telah melindungi "sebagian" bangsa dan tumpah darah Indonesia karena sumpah jabatannya mengamanatkan itu. Memang masih sebagian belum segenap dan seluruh tumpah darah Indonesia. Tetapi itu semata-mata hanya karena lingkup pekerjaannya di daerah tingkat II dan tingkat I.

Tentang memajukan kesejahteraan umum, Jokowi sudah melakukannya. Lewat program-program baik saat di Solo maupun di DKI Jokowi sudah sekuat tenaga untuk memajukan kesejahteraan umum. Tidak mengherankan saat menjalankan program memajukan kesejahteraan umum dia menjadi perhatian baik publik maupun media nasional atau internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun