Untuk yang ketiga, dapat dikatakan bahwa Jokowi telah mencerdaskan kehidupan bangsa. Apa alasannya? Dengan kemunculan Jokowi terasa ada harapan untuk Indonesia yang lebih baik. Selain itu Jokowi telah menimbulkan gairah kehidupan untuk menata masa depan yang lebih baik. Dia menginspirasi banyak orang untuk bergerak bersama-sama agar kehidupan bangsa menjadi lebih beradab, lebih manusiawi, dalam ketulusan untuk bergandengan tangan membangun Indonesia. Memang banyak masalah tetapi orang punya harapan untuk menyelesaikannya bersama dengan Jokowi.
Gairah kehidupan bangsa itu terbukti dengan berbondong-bondongnya orang untuk menjadi sukarelawan Jokowi saat mencalonkan diri jadi gubernur dan capres sekarang. Ini yang membedakan dengan Prabowo. Dari kampanye kemarin terasa Prabowo bukan menginspirasi tapi mengomando. Orang ikut Prabowo karena ada pamrih.
Hipotesa guru besar yang menyatakan bahwa nasionalisme Prabowo lebih tinggi dari Jokowi harus diuji dengan kriteria yang jelas. Tanpa kriteria yang jelas, pernyataan guru besar tersebut dapat dianggap sebagai bentuk kampanye hitam. Apalagi mencoba mempertentangkan bahwa militer lebih baik dari sipil ! Itu benar-benar tidak mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam kampanye kemarin terasa ada berbagai upaya untuk melakukan pembusukan bahasa. Menculik aktivis disebut memberantas terorisme, memaki-maki disebut membuat puisi, dan banyak lagi. Kata Octavio Paz sastrawan Amerika Latin, kekuasaan otoriter selalu dimulai dengan melakukan pembusukan bahasa. Â Semoga itu tidak terjadi dan mari menggunakan akal sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H