Latar tempat yang diambil dari novel ini adalah sebuah Klan yang Bernama Polaris. Berbeda dari novel- novel sebelumnya, ini merupakan Klan Baru yang unik di Konstelasi Ursa. Klan ini memiliki keindahan alam yang menakjubkan, hamparan hutan-hutan, lembah, gunung, padang rumput, danau, dan lautan yang memilki kekayaan makhluk hidup. Ilmu pengetahuan dan teknologi diklan polaris sudah berkembang lebih cepat, canggih, dan modern dibandingkan dengan klan lainnya. Klan yang dihuni miliyaran makhluk hidup dengan kekayaan alam ini, sering diserang oleh wabah penyakit yang bisa mematikan penduduknya dalam kurun waktu 24 jam. Para ilmuwan disana sudah memprediksi wabah ini pasti akan terjadi lagi setiap 2000 tahun, sehingga mereka sudah mempunyai cara untuk mengatasinya.
     Konflik cerita dimulai ketika N-ou yang berusian enam tahun terpaksa terpisahkan dengan kedua orang tuanya sebab dirinya tidak lolos seleksi saat pemeriksaan di portal menuju klan polaris kedua yang tidak terdampak pandemi. Tubuh N-ou yang sudah terinfeksi virus yang mengharuskan dirinya kembali ke tempat tinggalnya. Dipertengahan jalan ia tumbang kemudian menepi di sebuah bangunan tua dan bertemu dengan Si Putih Kucing Kesayangannya.
     Titik puncak konflik terjadi ketika N-ou sudah menyerah untuk menerobos didinding tebal Klan Polaris kedua. Upaya itu dilakukan selama 5 tahun agar bisa  bertemu dengan orantuanya. Sejak saat itu N-ou memutuskan untuk menjelajahi setiap sudut Klan Polaris. Ketika N-ou menyelusuri padang rumput ia bertemu dengan seorang kakek yang Bernama B-rhm, sejak saat itu anggota perjalanan mereka bertambah satu dan tujuan mereka berubah menjadi berpetualang dan mempelajari sejarah klan polaris terdahulu. mereka menemukan sejarah klan polaris terdahulu yang ternyata pernah mengalami wabah. N-ou dan Siputih juga ternyata memilki kekuatan yang tidak terduga. Banyak tragedi yang terjadi ketika mereka menjelajah, salah satunya ketika N-ou berseteru dengan Raja Gunung dari timur.
     Kelebihan dari novel ini, dilihat dari cover yang menarik tampak ilustrasi seekor kucing dan naga yang didalam buku diceritakan. Jika dimaknai lebih jauh dan mendetail, covernya sudah menggambarkan kisah petualangan mereka. Buku ini memiliki alur yang sangat bagus dan tidak mudah ditebak. Penulis memberikan ilustrasi terkait kejadian-kejadian yang sama dengan munculnya pandemi saat ini. Konflik yang disajikan sangat cocok dibaca untuk remaja yang menyukai novel fiksi.
     Kekurangan dari novel ini, Si Putih merupakan buku serial jadi jika tidak membaca dari serial pertama akan bingung dengan alur cerita novel ini. Bahasa yang digunakan didalam buku ini sangat sulit dimengerti sehingga pembaca membutuhkan waktu untuk memahami maksud dari cerita tersebut. Selain itu ada beberapa kalimat yang diulang membuat jenuh pembacanya, yaitu adegan ketika si kucing meminta makanan. Harga dari novel ini juga tidak terjangkau dikantong pelajar, jadi butuh waktu menabung untuk membelinya. Akhir dari cerita novel ini sangat menggantung, karena pembaca diharuskan membaca novel serial berikutnya agar bisa mengetahui akhir cerita.
     Novel Si Putih memiliki berbagai nilai moral yang dapat kita terapkan dikehidupan kita. Seperti menjadi anak yang kuat dan berani menghadapi semua tantangan hidup, terus berusaha untuk mencapai kebenaran, saling tolong menolong kepada orang yang sedang kususahan, berani untuk mengambil keputusan, dan selalu bertanggung jawab dengan segala resiko yang akan terjadi. Dalam bersikap kita tidak boleh sewenang-wenang karena pasti akan ada kaum yang tertindas. Kita juga harus paham betul didunia ini ada kehidupan yang bukan ditempati manusia saja, melainkan ada makhluk hidup lainnya. Buku ini sangat direkomendasikan untuk para pencinta novel fiksi, disini penulis membawa kita untuk berfikir dan mengkhayal lebih keras tentang alur dari cerita buku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H