Â
                                        SanBha
Menyatu itu ... tangga nada kita bersama
Pertautan kaldu dan rempah dalam hidangan di meja yang satu
Yang masing-masing bahan memiliki rasanya sendiri-sendiri, namun padu
Menyatu bukanlah  dalam ruang berdinding
Hingga membuang tembok-tembok dingin
berbarislah dengan riang
dan menyatulah dalam tembus pandang ke segala  ruang
hingga SATU, angka yang  tak kan terpatahkan
Ghibran bersabda tentang ruang keterpisahan itu
Untuk  masing-masing menghayati ketunggalannya
Tempat angin suga menari-nari diantaranya
Bukanlah penyatuan,Â
Tatkala  hati belum  mendekap  penuh  hangat  dengan mayapada
Bersama memakai 'mahkota Sultan' ; Hamamayu hayuning bawana
Menari sufi lewat  puisi  Rumi dalam Cinta "Perasaan sejagat"
Â
Lihatlah betapa Wanita ini
Selalu membuka 'hati'
Tempat di mana setiap orang datang membawa seutas tali cinta
Setelah itu ia berujar lembut...Kekasih hatiku adalah tamu jiwaku...
Rabi'ah Al Adawiyah, dengannya  Ia menjalin cinta tertingginya itu
Â
Wahai Tuhan . . .
Katakanlah ; Â tentang Hubungan kita
Kalau jalinan ini, Bukanlah potret yang  terbingkai
Tapi satu pemandangan  tanpa batas  bingkai  Tuhan-Hamba
Atas janji-Mu kami berikrar ; 'Manunggaling Kawula- Gusti'
Dan hamba terbang dengan sayap Siti Jenar
Kami Kekasih-Mu layaknya Sang Nabi
Â
 Tuhan. . .
sesungguhnya
Aku paling takut Selingkuh dari Hati-Mu
Meski badan ini kadang membalik...tapi jiwa ini tak akan pernah  berpaling...
mesti iman kami kadang merongga, tetapi dia tidak pernah meronta,Â
tak pernah lari, tak bisa lari
Chairil bangkit...untuk kemudian mengatakan; hanya Di pintu-Mu aku mengetuk
Di rumah-Mu yang penuh (-tanpa ) pintu itu
Â
Â
                                             - Cinta bening berjubah duri
                                               12 Oktober 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H