Pembelajaran humanistik adalah pendekatan dalam pendidikan yang berfokus pada pengembangan potensi manusia secara menyeluruh, baik dari segi intelektual, emosional, dan sosial. Pendekatan ini berangkat dari keyakinan bahwa setiap individu memiliki potensi yang luar biasa dan perlu didorong untuk berkembang secara optimal. Berikut adalah beberapa prinsip dasar pembelajaran humanistik:
1.Penghargaan Terhadap Individualitas : Setiap individu memiliki ciri khas dan potensi yang unik, sehingga pendekatan pembelajaran harus memperhatikan dan menghargai keunikan ini.
2.Pengalaman sebagai Fokus Utama : Pembelajaran humanistik berfokus pada pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna, bukan hanya pada transfer pengetahuan atau keterampilan.
3.Kesadaran Diri dan Kemandirian : Peserta didik diharapkan memiliki kesadaran diri yang tinggi dan mampu membuat keputusan sendiri.
4.Kolaborasi dan Kerjasama : Pembelajaran humanistik menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi antar peserta didik.
5.Penghargaan Terhadap perasaan dan emosi : Pembelajaran humanistik mengakui bahwa perasaan dan emosi memiliki peran penting dalam proses belajar.
6.Pembelajaran yang Menyenangkan dan Bermakna : Pembelajaran harus menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik, sehingga mereka dapat terus bersemangat dan berpartisipasi aktif.
7.Pengembangan kepribadian : Pembelajaran humanistik tidak hanya berfokus pada pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada pengembangan kepribadian peserta didik.
8.Pembelajaran yang Berfokus pada Peserta Didik : Pembelajaran humanistik menempatkan peserta didik pada posisi terdepan, dengan guru berperan sebagai fasilitator dan pendamping.
9.Penghargaan Terhadap Diferensiasi : Pembelajaran humanistik menghargai dan memperhatikan perbedaan individu dalam proses belajar.
10.Pembelajaran yang Berkelanjutan : Pembelajaran humanistik berfokus pada pembelajaran yang berkelanjutan, di mana peserta didik terus-menerus belajar dan berkembang.
Jadi, teori pembelajaran humanistik berfokus pada pengembangan potensi individu melalui proses pembelajaran yang demokratis dan menghormati guru sebagai fasilitator. Tujuannya adalah untuk memanusiakan manusia, sehingga individu dapat lebih mudah memahami diri sendiri dan lingkungan sekitar.Â
Dalam penerapannya, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan sistem belajar mereka sendiri, sementara siswa berfokus pada eksplorasi diri dan pengembangan kemampuan interpersonal. Teori ini menekankan pada perkembangan positif, motivasi, dan aspek kognitif serta afektif dalam proses belajar. Keberhasilan penerapannya meliputi siswa yang gembira, memiliki semangat, inisiatif, dan perubahan pola pikir, serta peningkatan kepercayaan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H