"Terus gimana tuh sama banjir Jakarta?"
Banjir ya? hmmm...
Tahun 2015 lalu adalah kali pertama saya merasakan seru nya naik truk pakai sepatu boots dan jalan ke kosan dengan tinggi air sepinggang. Cukup melelahkan, namun juga cukup menyenangkan. Karena pada saat itu saya bisa berkenalan dengan orang-orang yang sama-sama pulang ke rumah melalui jalur banjir. Walaupun disisi lain saya juga cukup sedih apabila melihat masyarakat yang tinggal di wilayah yang rentan dengan banjir sehingga dapat menenggelamkan rumah-rumah mereka.
Banjir memang satu persoalan yang saya rasa tidak cukup dua detik, dua menit, dua minggu, dua bulan untuk menyelesaikannya. Beberapa bulan yang lalu saya melihat Pemda DKI sudah mulai merapikan parit-parit dan drainase yang ada di wilayah domisili saya sekarang. Cukup dengan mencoba untuk tidak membuang sampah di sungai dan berdoa agar tetap diberikan kesehatan ketika banjir datang, itu sudah cukup. Sama seperti ide yang saya berikan sebelumnya, apabila anda tinggal di Jakarta, nikmati dan jalani saja lah.Â
Jadi, apakah kerja di Jakarta itu keras?
Hanya ada dua jawaban.
Entah itu kita yang keras dengan idealisme kita sendiri, ataupun memang Jakarta ditakdirkan menjadi kota yang keras.
Â
Â
Â