Ini tidak bohong ! mungkin dilakukan disini, di Indonesia, oleh orang Indonesia, dengan sumber daya yang tersedia di Indonesia. Bukan makna sebenarnya menggunakan rumput untuk menggerakan mobil, tetapi dengan cara mengubah rumput menjadi produk energi. Proses umum pembuatan energi ini sangat sederhana, seperti membuat tapai singkong tetapi menggunakan bahan dari rumput, bahkan tidak hanya rumput, semua bahan tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan baku energi jenis ini.
Sekilas tentang energi ini
Etanol selulosa (Cellulosic ethanol) adalah generasi kedua bahan bakar etanol yang diproduksi dengan bahan baku dari daun, ranting dan batang tumbuhan. Generasi ini adalah pengembangan dari generasi etanol pertama yang berbahan baku dari gula tebu, singkong dan jagung. Generasi pertama membawa pro-kontra karena bahan baku pembuatannya berasal dari bahan makanan. Sedang bahan baku utama etanol selulosa adalah kandungan selulosa yang terdapat pada dinding sel tumbuhan, yang selama ini tidak bermanfaat bagi manusia. Dengan teknik fermentasi selulosa tersebut diubah menjadi etanol.
Proses pembuatan etanol selulosa
Proses pembuatan etanol selulosa sedikit lebih rumit dibandingkan dengan etanol dari jagung atau singkong. Proses pertama adalah memisahkan selulosa dari lignin, proses ini dapat dilakukan dengan bantuan penggilingan, penambahan asam, pirolisis atau perlakuan biologis dengan menggunakan mikroorganisme. Proses kedua adalah penambahan enzim atau mikroorganisme (semacam ragi) untuk mendegradasi selulosa menjadi glukosa untuk kemudian difermentasi untuk menghasilkan etanol. Proses terakhir adalah destilasi untuk memurnikan etanol dari pengotornya. Voila … etanol siap dipakai.
Diagram alir pembuatan etanol selulosa. (Sumber gambar : http://www.iogen.ca/images/technology_cellulosic_ethanol.jpg)
Keunggulan etanol selulosa
·Etanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi daripada bensin sehingga menghasilkan kompresi yang lebih baik, sehingga performa mesin menjadi lebih baik.
·Sekalipun etanol menghasilkan gas CO dalam pembakarannya namun gas CO yang dihasilkan berasal dari tumbuhan, artinya gas CO yang dihasilkan dalam pembakaran etanol seperti dikembalikan ke atmosfer setelah diserap oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis, sehingga akan tetap terjadi keseimbangan kadar gas CO diudara.
·Dengan menggunakan etanol tidak perlu ada kekhawatiran terhadap tumpahnya tanker bahan bakar dilaut, karena etanol dapat larut diair. Selain itu juga tidak perlu ada kekhawatiran pencemaran air tanah seperti pada proses penambangan minyak.
·Etanol yang diproduksi, selain dipakai untuk bahan bakar kendaraan juga dapat diubah menjadi bahan baku industri lain seperti;etilen, etilen glikol, asam asetat, asetaldehid, etil asetat, butane, propilena dan butadiene.
Potensi Indonesia
Sebagai negara agraris sudah barang tentu bahan baku etanol selulosa tak perlu ditanyakan lagi. Tidak perlu menanam khusus untuk bahan baku etanol selulosa ini, cukup kita manfaatkan limbah saja. Sebagai gambaran marilah kita lihat data-data berikut. Sektor kehutanan rata-rata 1 HPH akan menghasilkan limbah sebesar 13-15% atau sekitar 114,4 m3/Ha. Belum lagi dari industri bahan jadi dan setengah jadi dari kayu, seringkali terlihat limbah-limbah penggergajian yang menggunung. Sektor pertanian juga berpeluang menyediakan bahan baku industri etanol selulosa. Luasnya lahan pertanian berimplikasi pada banyaknya limbah yang dihasilkan, yang selama ini hanya dibakar atau mentoknya dijadikan pupuk kompos.
Implikasi positif produk energi ini
Bayangkan jika teknologi ini dapat diterapkan maka ibu-ibu rumah tangga akan dengan sukarela memisahkan sampah organik dan anorganik, karena peluangnya untuk dijadikan energi. Permasalahan sampah kota, sampah pasar juga akan terpecahkan, tidak menumpuk di TPA dan menimbulkan bau tak sedap, kelompok tani mungkin akan memiliki usaha sampingan pengolahan energi, tidak lagi membakar jeraminya, pabrik-pabrik yang berbasis pertanian juga bisa mengolah lebih lanjut limbah pertaniannya, pabrik yang berbasis produk kehutanan tidak akan bingung lagi kemana akan membuang sampah penggergajiannya, usaha peternakan juga bisa memanfaatkan kelebihan rumput tanamannya unuk dijadikan bioetanol atau bekerja sama dengan swasta dalam mensuplai rumput untuk bahan baku etanol selulosa nantinya karena terakhir Pertamina sudah menjajagi kemungkinan kerjasama dengan Toyota untuk menanam semacam rumput gajah sebagai bahan baku etanol selulosa.
Saatnya pemerintah memberikan perhatian khusus
Departemen energi amerika telah memproyeksikan sekitar 1,3 ton biomassa selulosa dapat tersedia setiap tahunnya yang akan cukup menyediakan etanol untuk mengganti lebih dari setengah kebutuhan bensin mereka. Oleh karena itu tidak heran amerika berani menggelontorkan dana 1 milyar dollar untuk penelitian etanol selulosa ini. China ditahun 2007 juga sudah menginvestasikan dana sebesar 500 juta dollar untuk penelitian yang sama. Perusahaan-perusahaan besar semisal Dupont, Toyota, dan Abengoa juga massif meneliti prospek energi baru ini.
Pemerintah Indonesia juga seharusnya bersiap untuk ikut ambil bagian dalam produksi etanol selulosa ini. Terakhir LIPI dikabarkan berhasil menghasilkan etanol selulosa namun sayang enzim yang dipakai untuk degradasi ligninnya masih mengimpor. Marilah kita berikan kesempatan kepada para peneliti terbaik dinegeri ini untuk dapat mengembangkan potensi energi ini dalam tataran industri. Membuat proses degradasi lignin, pemecahan selulosa dan fermentasinya berlangsung menjadi lebih efektif dan efisien. Demi masa depan anak cucu kita.
Referensi: dari berbagi sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H