Diperlukan pendekatan pedagogik inovatif untuk menjadikan puisi sebagai jembatan imajinasi yang membangun literasi anak secara holistik. Salah satu pendekatan yang efektif adalah musikalisasi puisi melalui pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Metode ini menggabungkan elemen puisi dan musik, menciptakan pengalaman estetis yang interaktif dan menyenangkan, serta meningkatkan pemahaman sastra secara menyeluruh.Â
Dalam pendekatan ini, peserta didik dapat mengeksplorasi, menganalisis, dan mengkreasi musik berdasarkan puisi, yang melatih kemampuan analisis, kreativitas, kolaborasi, dan apresiasi seni mereka.Â
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif dalam meningkatkan pemahaman, motivasi, keterampilan musikal, dan kerja sama, sambil menciptakan suasana belajar yang bermakna. Musikalisasi puisi berfungsi sebagai jembatan imajinasi antara sastra dan musik, membentuk generasi muda yang kreatif, kolaboratif, dan memiliki apresiasi seni tinggi (Andika, 2024).
Puisi anak memiliki kontribusi besar dalam membentuk karakter serta mendukung perkembangan literasi sejak dini. Sebagai media artistik, puisi tidak hanya menghibur tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai, merangsang imajinasi, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.Â
Puisi yang sederhana dan imajinatif memperkaya kosa kata anak, mengenalkan struktur bahasa, dan membantu mereka mengekspresikan diri secara kreatif (Suryaman, 2019). Dengan menciptakan mikroklima literasi lingkungan yang mendukung aktivitas membaca, menulis, dan berpikir kritis puisi dapat diintegrasikan dalam pendidikan melalui pendekatan inovatif, seperti membaca bersama, menulis puisi tematik, atau pembacaan puisi di kelas.Â
Mikroklima literasi adalah lingkungan yang mendukung anak-anak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan dan relevan. Â Meskipun terdapat tantangan seperti rendahnya minat baca dan keterbatasan akses buku puisi anak, kolaborasi antara guru, orang tua, komunitas, dan pemerintah dapat mengoptimalkan peran puisi dalam menciptakan generasi yang literat dan kreatif (Suryaman, 2019).Â
Di sekolah, guru dapat menjadikan puisi sebagai bagian integral dari pembelajaran literasi. Misalnya, dengan menyediakan waktu khusus untuk membaca puisi setiap minggu, mengadakan lomba menulis puisi, atau mengajak anak-anak untuk berbagi puisi favorit mereka di depan kelas (Djamarah, 2015).Â
Di rumah, orang tua dapat mendukung proses ini dengan membacakan puisi kepada anak-anak sebelum tidur, menyediakan buku-buku puisi anak, atau bahkan menulis puisi bersama anak-anak mereka. Komunitas juga dapat berperan dalam menciptakan mikroklima literasi melalui kegiatan seperti pertunjukan puisi anak, penyediaan perpustakaan komunitas, atau bahkan festival puisi.
Puisi anak juga berperan dalam rekayasa pedagogik literasi dengan menciptakan mikroklima literasi yang mendukung perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik anak (Suryaman, 2019). Melalui pendekatan yang mencakup pembacaan, penulisan, dan kegiatan proyek kreatif berbasis puisi, anak-anak diajak untuk belajar dengan dengan metode yang menarik dan sesuai dengan kehidupan mereka.Â
Selain di sekolah, dukungan orang tua di rumah dan peran komunitas juga sangat penting untuk menciptakan lingkungan literasi yang kondusif. Mikroklima literasi adalah ekosistem pembelajaran yang dirancang untuk memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak dalam mengembangkan potensi literasi mereka.Â
Dalam mikroklima ini, puisi anak dapat menjadi jembatan imajinasi yang menghubungkan dunia nyata dengan dunia fantasi. Puisi anak, dengan bahasa yang sederhana, penuh ritme, dan biasanya mengangkat topik yang erat kaitannya dengan pengalaman sehari-hari anak-anak, menjadi pintu masuk yang ideal untuk mengembangkan kreativitas dan apresiasi terhadap Bahasa (Djamarah, 2015).